Tak hanya mengangkat karya dan peristiwa seni di ruang pamernya, Rekam Masa juga memperkenalkan kelebihan teknologi
blockchain untuk merekam portofolio seorang seniman, jejak sebuah karya dan menyimpan sertifikat keasliannya dalam bentuk digital.
Rekam Masa adalah sebuah pameran yang mengambil tema perjalanan waktu antara seni yang berpadu dengan teknologi. Maknanya juga mengacu pada stempel waktu atau
time stamps yang menjadi landasan teknologi
blockchain, di mana setiap karya seni dalam pameran ini terintegrasi ke dalam jaringan tersebut.
Karya seni fisik yang ditampilkan dalam Rekam Masa, di antaranya lukisan, fotografi, patung, instalasi, pertunjukan, serta
fashion masterpiece dari para seniman senior seperti Teguh Ostenrik, Galam Zulkifli, Dipo Andy, Mang Moel, FJ Kunting, Rinaldy Yunardi, Didi Budiarjo, Ghea Panggabean, Joshua Irwandi, dan para seniman muda lainnya. Juga terdapat sajian karya seni digital dan instalasi
art wedding.
Pada kesempatan sama, juga diluncurkan marketplace
Artopologi.com sebagai platform bertemunya para pencipta dan pecinta seni, sekaligus penyedia layanan sertifikasi keaslian digital berbasis
blockchain untuk karya seni fisik seperti lukisan, patung, instalasi seni, objek seni, yang bersifat unik atau tidak ada duanya.
Founder Artopologi, Intan Wibisono mengatakan, penyelenggaraan pameran ini didorong oleh semangat mendukung konvergensi dunia seni dengan teknologi.
“Berangkat dari keinginan untuk berkontribusi dalam dunia seni, kami ingin menghubungkan ekosistem seni dengan inovasi teknologi, sebagai gerbang baru pembuka jalan bagi seni untuk terus tumbuh dan bergerak maju,†papar Intan, Jumat (28/10).
Intan menjelaskan, saat ini teknologi telah bergerak menuju Web3 yang merupakan generasi ketiga dari jaringan internet. Pada momen ini, Artopologi ingin mengambil andil dalam membantu para seniman dan pecinta seni mengadopsi teknologi Web3.
Kata dia, setiap karya seni yang ditampilkan akan kami daftarkan di
blockchain untuk mendapatkan sertifikat digital yang menjamin keotentikannya.
"
Certificate of Authenticity (COA) ini juga berfungsi mengoptimalkan perlindungan hak penciptanya, sekaligus memberikan rasa aman bagi pecinta seni yang mengoleksi karya tersebut,†lanjut Intan.
Sementara itu, anggota Dewan Pengawas Badan Layanan Umum Museum dan Cagar Budaya, Ricky Pesik menyatakan apresiasi dan dukungan atas inisiatif Artopologi menyediakan platform yang dapat dibilang eksperimental namun sangat penting untuk perkembangan ekosistem seni rupa kontemporer secara keseluruhan.
“Semoga akan hadir pameran-pameran dengan terobosan, konsep, dan model baru yang memberi ruang kepada seniman-seniman kita menampilkan cara-cara baru kepada publik,†tuturnya seraya berharap, museum dapat dimanfaatkan oleh berbagai pihak untuk menjadi ruang bersama memperkenalkan terobosan baru di dunia seni.