Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Dipanggil Gubernur Sumut Soal Alih Kelola Kualanamu, Direktur PT Angkasa Pura Aviasi Pastikan Tidak Ada Penjualan Aset

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/agus-dwi-1'>AGUS DWI</a>
LAPORAN: AGUS DWI
  • Senin, 29 November 2021, 12:10 WIB
Dipanggil Gubernur Sumut Soal Alih Kelola Kualanamu, Direktur PT Angkasa Pura Aviasi Pastikan Tidak Ada Penjualan Aset
Gubernur Sumut, Edy Rahmayadi, bertemu Direktur PT Angkasa Pura Aviasi, Haris/Ist
rmol news logo Pengelolaan Bandara Kualanamu Internasional (KNIA) oleh perusahaan asal India memunculkan isu adanya penjualan aset. Isu ini langsung direspons Gubernur Sumatera Utara, Edy Rahmayadi, dengan memanggil langsung Direktur PT Angkasa Pura Aviasi.

Ia meminta penjelasan mengenai pola kerjasama pengelolaan bandara kebanggaan warga Sumatera Utara tersebut.

"Saya minta semua dengarkan omongan beliau. Ramai katanya (bandara) Kualanamu dijual sama India. Saya pun tak tahu. Jadi langsung saja ke sumber yang utama," kata Edy, dikutip Kantor Berita RMOLSumut.

Mendapat perintah itu, Direktur PT Angkasa Pura Aviasi, Haris menjelaskan, kemitraan pengelolaan Bandara Kuala Namu lebih kepada ke kemitraan strategis yakni kerjasama, bukan penjualan aset.

Pihaknya ke depan punya rencana bagaimana menjadikan Bandara Kualanamu menjadi HUB Internasional.

"Makanya kita membutuhkan kerjasama dengan GMR Airport yang nanti bisa membawa traffic ke Bandara Kualanamu khususnya penerbangan internasional,” jelasnya.

Disebutkan Haris, GMR akan masuk ke dalam PT Angkasa Pura Aviasi dengan kepemilikan saham 49 persen.

“Jadi bukan (penjualan aset) Bandara Kualanamu, Bandara Kualanamu merupakan aset PT Angkasa Pura II," katanya.

Menurutnya, aset tersebut merupakan kekayaan negara yang sudah dikelola PT Angkasa Pura II.

"Jadi bukan PT Angkasa Pura II-nya melepas saham, tapi anak PT Angkasa Pura II-nya (PT Angkasa Pura Aviasi),” tegasnya.

"Saya bisa tegaskan dan jamin bahwa tidak ada aset yang berpindah semua masih aset Milik PT AP II,” imbuhnya.

Kemudian, PT AP II masih memperoleh pendapatan dari deviden. Inilah menjadi tujuan utama pihaknya karena sekarang kalau dilihat total dari bandara di Indonesia, marketnya masih kepada domestik.

“Jadi sekarang bagaimana itu mentransfer Bandara Internasional dan domestiknya. Kami harap bapak-bapak semua untuk bisa meluruskan pemberitaan di media, bahwa tidak ada penjualan aset,” pungkas Haris.

Setelah mendengar penjelasan ini, Edy kembali berharap jangan ada lagi ribut-ribut mengenai isu Bandara Kualanamu dijual.

Edy pun sempat menyebut istilah ulok. Ulok dalam makna bahasa di Medan dapat diartikan sebagai membesar-besarkan cerita dan cenderung bohong.

“Di counter itu isu, tangkis. Kita kan terlalu pandai ulok. Dia lupa kalau kita raja ulok,” pungkas mantan Pangkostrad itu. rmol news logo article

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA