Tenaga Ahli Menteri Kominfo RI, Devie Rahmawati mengatakan, Kominfo berupaya untuk terus mempersempit digital divide di Indonesia.
Langkah yang dilakukan Kominfo, adalah dengan pembangunan infrastruktur digital yang membuat seluruh masyarakat Indonesia dapat terkoneksi satu sama lain dengan lancar melalui jaringan internet.
Kata Devie, masyarakat harus memiliki kecakapan digital yang memegang teguh etika dan budaya yang berlandaskan Pancasila.
Merujuk pada kondisi itu, kehadiran modul literasi digital yang dikeluarkan Kominfo memiliki peran yang sama krusialnya dengan membangun jaringan internet dari segi infrastruktur.
Empat modul yang dimaksud Devie adalah hasil kerja bersama Kominfo bersama Japelidi dan Siberkreasi.
“4 (empat) modul literasi digital yang diluncurkan Kominfo, Japelidi dan Siberkreasi dimaksudkan untuk membangun sistem imunitas masyarakat dari berbagai informasi yang tidak sehat, aman dan bermanfaat. Mengingat kecepatan penyebaran hoaks misalnya, melebihi kecepatan untuk melakukan verifikasi dan klarifikasi, “ tambah Devie, Jumat (23/4).
Pada tahun 2021, ditambahkan Devie ditargetkan sebanyak 12,5 juta masyarakat yang telah mendapatkan akses literasi digital.
“Tahun 2024 mendatang, Kominfo memastikan minimal 50 juta masyarakat Indonesia telah teredukasi dan memiliki kecakapan digital melalui empat modul ini.Tahun ini (2021) ditargetkan sebanyak 12,5 juta masyarakat menerima literasi digital,†demikian penjelasan Devie saat mengisi acara sosialisasi di Lumajang, Jawa Timur itu. .
Sementara itu Anggota Komisi DPR RI FPKB Syaiful Bahri Anshori menjelaskan, perkembangan teknologi informasi yang kian pesat, juga dibarengi dengan maraknya berita hoax yang membayangi masyarakat.
Dalam pandangan politisi yang karib disapa SBA ini, hoax akan menjadi pintu masuk paham fundamentalisme dan radikalisme.
"Hoax menjadi pintu masuk paham fundamentalisme dan radikalisme yang berpotensi merontokkan kohesi sosial masyarakat," pungkasnya.
BERITA TERKAIT: