Produktivitas Gula Nasional Tergantung Pembenahan Di Perkebunan

Kamis, 15 November 2018, 05:16 WIB
Produktivitas Gula Nasional Tergantung Pembenahan Di Perkebunan
Foto/Net
rmol news logo Produktivitas gula nasional sangat tergantung pada pembenahan dari sisi perkebunan (on farm) dan non perkebunan (off farm).

Dari sisi on farm, produktivitas perkebunan tebu ditentukan oleh kesuburan tanah, ketersediaan tenaga kerja, sistem irigasi dan penerapan teknologi.

Center for Indonesian Policy Studies (CIPS) mencatat, data United States Department of Agriculture (USDA) 2018, produktivitas perkebunan tebu di Indonesia hanya 68,29 ton per hektare di tahun 2017. Lebih rendah daripada negara-negara penghasil gula seperti Brasil yang sebesar 68,94 ton per hektare dan India 70,02 ton per hektare dalam periode yang sama.

Kepala Penelitian CIPS Hizkia Respatiadi mengatakan, dari sisi off farm, tingkat rendemen pabrik penggilingan gula di Indonesia hanya mencapai 7,50 persen pada 2017/2018. Lebih rendah daripada negara-negara tetangga seperti Filipina, Thailand dan Australia yang tingkat rendemennya masing-masing 9,20 persen, 10,70 persen, dan 14,12 persen.

"Usia pabrik penggilingan tebu di Indonesia berkontribusi pada rendahnya tingkat rendemen mereka. Dari 63 pabrik sekitar 40 diantaranya berusia lebih dari 100 tahun, dan yang tertua mencapai 184 tahun," katanya.

Selain karena usia pabrik penggilingan tebu yang sudah tua, nilai rendemen juga dipengaruhi kualitas tebu, waktu potong yang diperlukan, dan kualitas manajemen mesin pabrik. Peningkatan nilai rendemen dapat dilakukan, salah satunya melalui efisiensi pabrik gula.

"Untuk itu diperlukan upaya nyata untuk merevitalisasi pabrik gula yang ada di Indonesia. Pabrik gula di Indonesia umumnya sudah berusia ratusan tahun karena sudah beroperasi sejak zaman pendudukan Belanda di Indonesia. Selain itu, petani juga butuh ketersediaan benih dan pupuk yang berkualitas baik," papar Hizkia.

Pemerintah juga harus membantu petani dan pabrik-pabrik penggilingan gula nasional dalam memperbaiki praktik budidaya tebu serta melakukan investasi terhadap pengembangan teknologi industri gula.

"Bantuan harus disertai dengan target yang jelas dan spesifik terhadap peningkatan produktivitas dan perbaikan tingkat rendemen sesuai dengan tujuan pemerintah baik dari sisi on farm maupun off farm. Tanpa adanya target yang jelas dan spesifik, bantuan tersebut tidak akan memberikan manfaat yang berarti dan akibatnya, harga gula akan terus meningkat dan merugikan konsumen," jelas Hizkia kepada redaksi, Kamis (15/11). [wah] 

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

FOLLOW US

ARTIKEL LAINNYA