"Banyak defenisi salah kaprah soal e-warung, smart city, digital business dan lainnya. Yang aneh adalah tidak ada yang mau teriak soal itu," ujar Dedi.
Dedi mengingatkan tentang pidato Presiden Joko Widodo di Amerika Serikat Februari 2016 yang mengangkat tema ekonomi digital sebagai topik utama. Hanya saja menurut Dedi SDM mumpuni di Tanah Air yang diharapkan mampu mengemban misi yang dibawa oleh Jokowi justru sangat minim dan tidak mengalami perkembangan.
Sebagai contoh, masih kata Dedi, lulusan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) yang mencapai jutaan masih belum terserap industri secara maksimal. Alasannya karena tidak mampu menyesuaikan kemampuan dengan tuntutan jaman. Padahal saat ini sekitar 4,4 juta lulusan SMK Tersedia dan siap plai.
"Penyebab utamanya karena kurikulum dan guru yang tersedia tidak standar kebutuhan industri," jelasnya.
Akibatnya, masih kata Dedi, Indonesia masih ketergantungan semua hal berbau teknologi buatan asing. "Tapi bukan berarti Indonesia tak mampu membuat produk sekelas Facebook atau Google. Makanya SDM-nya harus disiapkan sedari dini," tegas Dedi.
Kata Dedi, pihaknya melalui KPTIK menggagas berdirinya Cyber Maestro Center (CMC). Tujuannya untuk mendidik para guru, pelatih, siswa, dan generasi muda yang memiliki kemampuan TIK sesuai standar kebutuhan industri.
Sebagai contoh, lanjutnya, CMC menyediakan ruang maya bagi para guru dan maestro TIK untuk mengisi materi yang dibutuhkan para generasi muda agar memahami industri TIK. SMK dinilai sebagai generasi yang paling siap menjadi generasi ekonomi digital Indonesia. Bahkan sistem ini juga bisa dipakai hingga tingkat pedesaan.
"Kami sangat menunggu peran serta kepala daerah yang tertarik di bidang TIK dan perbaikan SDM untuk bergabung," tukas Dedi.
[rus]
BERITA TERKAIT: