Menurut Director External Affair TNC, Sapto Handoyo Sakti, selama sepuluh tahun terakhir pelestarian lingkungan menjadi semakin populer di antara organsiasi kegamaan dengan melibatkan ribuan pengikut dan anggotanya.
Organsasi Nadhlatul Ulama (NU), Muhammadiyah, Dompet Dhuafa, Yayasan Budha Tzu Chi, ekopastoral Fransiskan Katolik, Parisda Hindu Dharma Indonesia, misalnya, sudah melakukan konservasi lingkungan dan alam seperti sedekah pohon, olah limbah hingga pemanfaatan sisa air wudhu untuk mengairi tanaman, sampai penyuluhan menangkap ikan yang ramah lingkungan.
"Makanya kalau kita gabungkan organisasi agama terlibat untuk jaga sumber daya alam, akan lebih efektif karena banyak pengikutnya. Dengan semangat spiritual agama juga menyebarkan kepada pengikutnya soal dampak kerusakan lingkungan yang semakin parah dan akan dihadapi oleh generasi penerus bangsa,"kata Sapto saat diskusi "Aliansi Strategis Antar Organisasi Agama dan Lembaga Konservasi" di kantor TNC, Kebayoran Baru, Jakarta, Kamis (27/11).
Menurut Sapto, dalam merawat alam tak perlu bicara konsep besar seperti teknologi hydro energi dan lainnya. Dengan menggandeng organisasi agama, pelestarian alam bisa dilakukan dari hal kecil seperti menyadarkan nelayan akan bahan menangkap ikan dengan bom yang juga merusak alam, serta pemanfaatan air wudhu yang hanya terbuang tanpa dimanfaatkan kembali.
"Ini juga akan mendorong produktivitas masyarakat, selain membuat alam lestari. Kalau tidak, tahun 2040 kita tidak bisa lagi menikmati kekayaan alam Indonesia," kata Sapto.
TNC, yang merupakan organisasi konservasi terkemuka yang sudah memiliki jaringan di 35 negara untuk melindungi darat dan perairan, berharap kerjasama dengan organisasi agama akan disambut oleh civil society dan pemerintah daerah di Indonesia.
[ald]
BERITA TERKAIT: