Penggerebekan dilakukan gabungan tim Polda Metro Jaya dan Polres Kota Depok di Hotel Mandalika, Jalan Raya Anyer, Kabupaten Serang. Menurut Kapolda Metro Jaya Irjen M Iriawan, pihaknya mendapat informasi awalnya dari kepolisian Taiwan bahwa akan ada sabu dengan jumlah besar dari China yang akan masuk ke Indonesia. Penyelidikan dimulai sejak dua bulan lalu.
"Ini ada kaitannya dengan pengungkapan sebelumnya yang pernah kita ungkap dari jaringan Taiwan sebelumnya," ungkap Iriawan di Mapolda Metro Jaya, kemarin.
Dipimpin langsung oleh Direktur Satnarkoba Polda Metro Jaya Kombes Nico Afinta, beserta Kasatgas Bareskrim Polri yang juga Kapolresta Depok Kombes Herry Heryawan, tim gabungan bergerak ke lokasi, dini hari kemarin. Penggerebekan bukan tanpa kendala.
Iriawan mengungkapkan, tim gabungan harus begadang di balik tingginya ilalang di sekitar Hotel Mandalika, yang menurut Iriawan, sudah 5 tahun tak beroperasi.
Dari balik kegelapan, mereka memantau pergerakan para pelaku yang menggunakan perahu karet untuk mengambil sabu. "Memakai kapal karet atau perahu kecil. Mesinnya cukup halus, jadi kita pakai peralatan canggih, night vision," ungkapnya.
Begitu waktunya dirasa tepat, tim gabungan melakukan penyergapan. Namun, terjadi perlawanan. Dua pelaku berusaha kabur dan menabrak polisi dengan mobil. Dor, dor, dor, polisi memberondong bagian bodi mobil Innova krem yang digunakan pelaku dengan tembakan. Setidaknya 24 lobang peluru bersarang di sisi kiri bodi mobil tersebut. "Kalau tidak cermat, barang (sabu) bisa lewat," seloroh Iriawan.
Bos dan pengendali kawanan ini yakni Lin Ming Hui tewas tertembus timah panas. Dua orang, yakni Chen Wei Cyuan dan Liao Guan Yu ditangkap hidup-hidup. Sedangkan satu tersangka lainnya, Hsu Yung Li, berhasil kabur. Keempat tersangka ini adalah warga negara China. Dari tangan mereka disita sekitar 1 ton sabu dalam 51 kotak kemasan, dari dua mobil. Nilainya, menurut Iriawan, mencapai Rp 1,5 triliun.
Sabu partai besar itu masuk dari Ghuang Zhou, China, ke Indonesia melalui transportasi jalur laut menggunakan kapal besar. Sesampainya di dekat bibir daratan Anyer, sabu-sabu dilemparkan ke laut. Pelaku kemudian menggunakan perahu kecil untuk merapat ke bibir pantai. Setelahnya, mereka berpindah kapal lagi dengan menggunakan perahu karet yang suaranya lebih senyap. Rencananya, satu ton sabu itu akan diangkut menuju Jakarta dengan mobil. "Mobilnya sudah siap," imbuhnya.
Iriawan menjamin akan menjaga ketat jalur laut dan pelabuhan kecil untuk megungkap kasus-kasus serupa. "Kita akan telusuri, yang jelas dari laut. Jalur laut sudah kita endus, sudah lama juga, daerah Banten dan Jakarta juga," katanya. Tangkapan ini adalah tangkapan terbesar. Sebelumnya, awal Januari 2015, BNN berhasil mengamankan sabu seberat 800 kilogram milik Wong Chi Ping di area parkir Lotte Mart Kalideres, Jakbar.
Kapolri Jenderal Tito Karnavian mengapresiasi kinerja anak buahnya. "Satu bandar ditembak karena melawan saat ditangkap, tidak apa-apa, lanjutkan. Pokoknya bandar melawan, selesaikan saja," tegasnya. Menurut Tito, ketegasan diperlukan untuk memberantas peredaran narkoba di Tanah Air. Pengungkapan penyelundupan satu ton sabu itu menunjukkan Indonesia masih menjadi sasaran empuk bagi jaringan narkoba internasional. "Kita harus terus melawannya," tegas Tito lagi.
Menkopolhukam Wiranto juga ikut mengapresiasi pengungkapan penyelundupan sabu ini. Menurutnya, hal itu telah menyelamatkan setidaknya lima juta orang dari ancaman narkoba. "Satu gram (sabu) saja sudah bisa bikin teler lima orang. Bagaimana satu ton?" ujarnya dalam acara puncak peringatan Hari Anti-Narkoba Internasional (HANI) di Plaza Tugu Api Pancasila, Taman Mini Indonesia Indah. "Berarti kita sudah bisa menyelamatkan lima juta manusia dari ancaman narkoba itu. Apresiasi tinggi dari bapak Presiden kepada seluruh petugas aparat," sambung Wiranto yang menyatakan mewakili Presiden Jokowi dalam acara itu. Dia mengajak semua elemen masyarakat bersatu untuk memerangi narkoba.
Sementara di tempat yang sama, Kepala BNN Budi Waseso menyebut, keberhasilan tim gabungan dalam pengungkapan kasus sabu 1 ton di Cilegon, Banten, secara tidak langsung menjadi kado besar bagi Peringatan Hari Anti Narkotika Internasional (HANI) 2017. Namun dia mengingatkan, bukan berarti penyelundupan tak akan ada lagi. Indonesia masih darurat narkoba. Pergerakan bandar narkoba, ujar Buwas, semakin licin. Bahkan, BNN sempat kebobolan. "Dari beberapa bulan yang lalu kita malah kebobolan yang lebih besar daripada jumlah ini," keluhnya.
Menurut Buwas, para bandar narkoba, punya teknologi yang lebih maju dan canggih dari BNN, kepolisian dan bea cukai. Ada satu teknologi sekarang yang dimiliki mereka dan tidak mampu diikuti para penegak hukum itu. "Karena memang kita belum beli, belum membiayai, belum melengkapi dengan teknologi itu," ungkapnya tanpa merinci teknologi yang dimaksud. ***
BERITA TERKAIT: