Disayangkan, Langkah Aspidsus Stop Penanganan Dugaan Korupsi Bansos

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/'></a>
LAPORAN:
  • Sabtu, 29 November 2014, 17:06 WIB
Disayangkan, Langkah Aspidsus Stop Penanganan Dugaan Korupsi Bansos
petrus selestinus/net
rmol news logo Kejaksaan Tinggi Nusa Tenggara Timur (NTT) terpaksa menghentikan penanganan kasus dugaan korupsi Dana Bansos (bantuan sosial) tahun anggaran 2010-2011 di Pemprov NTT, karena adanya Surat Badan Pemeriksa Keuangan RI (BPK RI) Perwakilan NTT No. 245/S/XIX.KUP/10/2014 tanggal 28 Oktober 2014.

Hal itu diketahui berdasarkan penjelasan Asisten Pidana Khusus Kejaksaan Tinggi NTT, Gaspar Kase, sebagaimana dikutip oleh Harian Timor Expres, tanggal 13 November 2014.

Koordinator Tim Pembela Demokrasi Indonesia (TPDI) yang juga tokoh NTT, Petrus Selestinus, menyatakan, sikap Aspidsus Kejati NTT menantang arus partisipasi masyarakat NTT dalam pemberantasan korupsi. Selain itu, seolah memberikan angin segar bagi sebagian pejabat Provinsi NTT yang berkolaborasi dengan semua kekuatan penegak hukum termasuk BPK di NTT.

Menurut Petrus, hal ini sesungguhnya tantangan bagi Presiden Joko Widodo, Jaksa Agung baru dan Kajati NTT John Marsinton Purba dalam membenahi kinerja Kejaksaan di NTT. Meskipun Provinsi NTT merupakan Provinsi terkorup, belum ada satu pun pucuk pimpinan daerah di NTT yang perkaranya dilimpahkan ke Penuntutan untuk diproses secara hukum.

Di pihak lain sikap Aspidsus Kejati NTT yang menyatakan terpaksa menghentikan penanganan kasus dugaan Korupsi Dana Bansos NTT, bisa ditafsirkan telah menjerumuskan Kajati NTT, John Marsinton Purba, yang baru satu bulan menjabat sebagai Kepala Kejaksaan Tinggi di NTT.

"Hukum Acara Pidana dan Undang-Undang Kejaksaan RI tidak mengenal metode menghentikan penanganan sebuah kasus korupsi karena terpaksa hanya atas dasar sebuah tembusan surat Kepala BPK NTT kepada Gubernur NT," jelasnya.

Karena itu menurut Petrus, Kajati NTT harus melihat terlebih dahulu anatomi perilaku korupsi di NTT yang selama ini sudah sampai pada tingkatkan saling menyendera dan saling melindungi diantara petinggi yang satu dengan yang lain.

Dalam kasus dugaan korupsi Dana Bansos NTT tersebut, TPDI pernah mensinyalir BPK NTT telah diperalat Gubernur NTT, Frans Leburaya. Dalam kasus dugaan korupsi Dana Bansos NTT, Aspidsus Kejati NTT seharusnya menempatkan Gubernur NTT dan Pihak BPK NTT sebagai subyek yang patut diduga berada dalam satu rangkaian.

Lanjut Petrus, sangat sulit diterima akal sehat jika penanganan sebuah kasus mega korupsi yang sedang ditangani dan belum memasuki tahap penyelidikan dan penyidikan dihentikan hanya atas dasar tembusan surat BPK NTT kepada Gubernur yang ditujukan kepada Kajati NTT.

"TPDI minta kepada Kajati NTT untuk mengklarifikasi penjelasan Aspidsus Kejaksaan Tinggi NTT tentang penghentian penanganan kasus dugaan korupsi Dana Bansos NTT tahun anggaran 2010-2011, karena setahu masyarakat dan TPDI, hingga saat ini BPK NTT belum sampai pada tahapan Audit Investigatif," tambahnya. [ald]

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

FOLLOW US

ARTIKEL LAINNYA