Kebijakan tersebut diambil meski sebelumnya Presiden Amerika Serikat Donald Trump menyatakan kedua negara sepakat menghentikan baku tembak.
Jam malam di Provinsi Trat diberlakukan di lima distrik yang berbatasan langsung dengan Koh Kong, namun tidak mencakup pulau wisata Koh Chang dan Koh Kood.
Sebelumnya, militer Thailand juga telah memberlakukan jam malam di Provinsi Sakeo yang hingga kini masih berlaku.
Bentrokan terbaru terjadi di wilayah dekat pesisir dan menambah panjang daftar konflik bersenjata tahun ini antara dua negara Asia Tenggara tersebut.
Ketegangan kembali meningkat sejak seorang tentara Kamboja tewas dalam insiden pada Mei lalu, yang memicu gelombang kekerasan dan membuat ratusan ribu warga di kedua sisi perbatasan mengungsi.
“Secara keseluruhan, bentrokan masih terus terjadi,” ujar Juru Bicara Kementerian Pertahanan Thailand, Laksamana Muda Surasant Kongsiri, dalam konferensi pers di Bangkok, seperti dimuat NPR.
Ia menambahkan, bentrokan berlanjut meski Kamboja kembali menyatakan kesiapan untuk gencatan senjata pada Sabtu, 13 Desember 2025.
Surasant menegaskan Thailand terbuka pada jalur diplomasi, namun dengan syarat.
“Kami terbuka untuk solusi diplomatik, tetapi Kamboja harus menghentikan permusuhan terlebih dahulu sebelum kami bisa bernegosiasi,” kata dia.
Militer Thailand sebelumnya mengklaim telah menghancurkan sebuah jembatan yang digunakan Kamboja untuk mengirim senjata berat ke wilayah konflik.
Selain itu, Thailand juga melancarkan operasi yang menargetkan artileri Kamboja di Provinsi Koh Kong. Di sisi lain, pemerintah Kamboja menuduh Thailand menyerang infrastruktur sipil.
BERITA TERKAIT: