Laporan yang diungkap oleh UNICEF itu menyebutkan bahwa hanya di Tawila, Negara Bagian Darfur Utara, tercatat 20 kematian dan 1.180 kasus sejak 21 Juni lalu.
“Di lima Negara Bagian Darfur, total kasus kolera per 30 Juli telah mencapai hampir 2.140, dengan setidaknya 80 kematian,” kata UNICEF, dikutip dari
Anadolu News pada Senin, 4 Agustus 2025
UNICEF memperingatkan bahwa lebih dari 640.000 anak di Darfur Utara kini berisiko menghadapi kekerasan, kelaparan, dan kolera di tengah konflik yang terus berlangsung.
“Meskipun dapat dicegah dan diobati dengan mudah, kolera sedang melanda Tawila dan wilayah lain di Darfur, mengancam nyawa anak-anak, terutama yang termuda dan paling rentan,” ujar Sheldon Yett, perwakilan UNICEF untuk Sudan.
Yett menekankan bahwa upaya menghentikan penyebaran penyakit terus dilakukan, namun situasi keamanan memperparah keadaan.
“Kekerasan yang tak henti-hentinya meningkatkan kebutuhan lebih cepat daripada yang dapat kita penuhi,” jelasnya.
Ia menyerukan agar pihak-pihak terkait segera memberikan akses kemanusiaan yang aman.
“Kami membutuhkan akses yang aman dan tanpa hambatan untuk segera membalikkan keadaan dan menjangkau anak-anak yang membutuhkan ini. Mereka tidak bisa menunggu sehari pun lebih lama lagi,” tegas Yett.
Data PBB menunjukkan bahwa sejak Agustus 2024, wabah kolera telah menewaskan lebih dari 2.370 orang dengan 94.170 kasus di 17 dari 18 negara bagian Sudan.
Sudan sendiri masih dilanda konflik sengit antara tentara dan pasukan paramiliter Rapid Support Forces (RSF) sejak April 2023.
Pertempuran itu telah menewaskan lebih dari 20.000 orang dan membuat 14 juta orang terpaksa mengungsi.
Namun, riset dari sejumlah universitas di AS memperkirakan jumlah korban tewas sebenarnya bisa mencapai 130.000 jiwa.
BERITA TERKAIT: