Pemerintah Sudan menuding serangan tersebut dilakukan untuk mengalihkan perhatian dan menutupi kejahatan besar-besaran yang sebelumnya terjadi di El Fasher, Darfur Utara.
Mengutip Kementerian Luar Negeri Sudan pada Minggu, 7 Desember 2o25, serangan itu terjadi hari Kamis, 4 Desember 2024 lalu sebagai bagian dari kampanye genosida yang sedang berlangsung yang dilakukan oleh milisi RSF terhadap komunitas Sudan.
Serangan pertama dilaporkan menargetkan sebuah taman kanak-kanak, dengan roket yang diluncurkan dari drone.
“Tujuannya adalah membunuh sebanyak mungkin anak-anak,” kata kementerian tersebut, seperti dimuat
UPI. Ketika warga bergegas menolong korban, RSF meluncurkan serangan kedua yang menewaskan lebih banyak warga, termasuk anak-anak.
RSF juga dilaporkan mengejar para korban serta tenaga medis dari rumah sakit setempat dan menembakkan roket ke gedung pemerintah, memperbesar jumlah korban hingga mencapai 114 jiwa.
Perwakilan UNICEF Sudan, Sheldon Yett, mengecam keras serangan terhadap fasilitas pendidikan dan anak-anak.
“Membunuh anak-anak di sekolah mereka adalah pelanggaran hak anak yang mengerikan,” ujarnya.
Ia menegaskan bahwa anak-anak tidak boleh membayar harga dari sebuah konflik, dan mendesak semua pihak untuk menghentikan kekerasan serta memberi akses bagi bantuan kemanusiaan.
Dalam enam minggu terakhir, RSF mengambil alih El Fasher setelah pengepungan panjang dan dilaporkan melakukan pembunuhan sistematis terhadap warga lokal.
Laporan investigatif menyebut kota tersebut kini tampak seperti tempat kejadian perkara raksasa dengan tumpukan jenazah di berbagai lokasi.
Gambar satelit menunjukkan RSF menghilangkan bukti pembantaian dengan mengumpulkan mayat dalam jumlah besar untuk dikubur di kuburan massal atau dibakar. Kota tersebut bahkan ditutup bagi penyelidik kejahatan perang PBB.
Saat ini, diperkirakan 60.000 warga sipil telah tewas di El Fasher, sementara 150.000 lainnya hilang.
BERITA TERKAIT: