Langkah ini menjadikan Kanada sebagai negara ketiga di kelompok G7 yang menyatakan niat serupa dalam sepekan terakhir, setelah Prancis dan Inggris.
Carney menegaskan pengakuan itu akan bergantung pada reformasi demokratis, termasuk penyelenggaraan pemilu oleh Otoritas Palestina pada tahun depan tanpa keterlibatan Hamas.
“Level penderitaan manusia di Gaza tidak dapat ditoleransi dan situasinya memburuk dengan cepat,” kata Carney dalam konferensi pers, seperti dimuat
BBC pada Rabu, 30 Juli 2025.
Ia menambahkan, pengakuan terhadap Palestina akan disampaikan secara resmi dalam Sidang Umum PBB mendatang.
Menurutnya, perlu ada komitmen dari Otoritas Palestina untuk mereformasi tata kelola pemerintahan serta melakukan demiliterisasi wilayah.
Carney juga menyinggung eskalasi krisis di Timur Tengah sebagai alasan perubahan besar kebijakan luar negeri Kanada.
“Prospek negara Palestina sedang terkikis di depan mata kita. Pendekatan lama tidak lagi dapat dipertahankan,” ujarnya.
Carney mengaku telah berbicara dengan Presiden Otoritas Palestina Mahmoud Abbas sebelum pengumuman itu disampaikan. Ia menekankan bahwa keputusan ini merupakan langkah independen Kanada.
“Kanada membuat keputusan politik luar negerinya sendiri,” tegasnya, merespons pertanyaan apakah langkah ini dipengaruhi oleh Inggris, Prancis, atau bahkan Amerika Serikat.
Namun, rencana tersebut mendapat penolakan dari Israel. Kementerian Luar Negeri Israel menyebut pengakuan Kanada sebagai “hadiah bagi Hamas” dan memperingatkan bahwa hal itu justru dapat menghambat upaya gencatan senjata di Gaza serta pembebasan sandera.
Partai Konservatif Kanada juga mengkritik keras langkah tersebut.
“Mengakui negara Palestina setelah serangan teroris 7 Oktober mengirimkan pesan yang salah ke dunia,” bunyi pernyataan resmi oposisi.
Tekanan terhadap Carney meningkat setelah hampir 200 mantan duta besar dan diplomat Kanada menandatangani surat yang mendesak pemerintah mengakui Palestina.
Mereka menyoroti penggusuran massal, pengeboman tanpa pandang bulu, kelaparan warga sipil di Gaza, serta serangan kekerasan oleh pemukim ekstremis di Tepi Barat sebagai alasan mendesak untuk bertindak.
Sejak serangan Hamas ke Israel pada 7 Oktober 2023 yang menewaskan sekitar 1.200 orang dan menyandera lebih dari 250 lainnya, Israel melancarkan operasi militer di Gaza.
Menurut data Kementerian Kesehatan Gaza yang dikelola Hamas, lebih dari 60 ribu orang tewas, termasuk 154 korban akibat malnutrisi, di antaranya 89 anak-anak.
Jika Kanada merealisasikan pengakuan ini, maka Amerika Serikat akan menjadi satu-satunya anggota tetap Dewan Keamanan PBB yang belum mengakui Negara Palestina.
BERITA TERKAIT: