Dalam wawancara di program
Fox News “The Story with Martha MacCallum”, Vance menyampaikan posisi AS terkait ketegangan dua negara bertetangga bersenjata nuklir itu.
Vance menegaskan, meskipun Amerika Serikat mendorong kedua pihak untuk menahan diri, konflik ini bukanlah sesuatu yang akan AS campuri secara langsung.
“Kami ingin hal ini mereda secepat mungkin. Namun, kami tidak dapat mengendalikan negara-negara ini,” ujar Vance, seperti dimuat
Reuters pada Jumat, 9 Mei 2025.
“Kami tidak akan terlibat di tengah perang yang pada dasarnya bukan urusan kami dan tidak ada hubungannya dengan kemampuan Amerika untuk mengendalikannya,” tambahnya.
Lebih lanjut Vance menyuarakan kekhawatiran atas potensi eskalasi konflik meluas hingga ancaman perang nuklir.
“Harapan dan ekspektasi kami adalah bahwa ini tidak akan berubah menjadi perang regional yang lebih luas atau, amit-amit, konflik nuklir,” kata dia.
Ketegangan antara India dan Pakistan meningkat tajam sejak serangan militan Islam pada 22 April lalu di Kashmir yang dikelola India, menewaskan 26 orang.
New Delhi menuding Islamabad berada di balik serangan tersebut, sementara Pakistan membantah dan menyerukan penyelidikan netral.
Bentrokan yang terjadi selama dua hari terakhir telah merenggut hampir 40 nyawa, dengan kedua belah pihak saling meluncurkan serangan pesawat tak berawak.
Sementara itu, Menteri Luar Negeri AS Marco Rubio telah melakukan panggilan telepon dengan perdana menteri Pakistan dan menteri luar negeri India, mendesak kedua negara untuk meredakan ketegangan melalui dialog langsung.
Presiden AS Donald Trump juga mengomentari situasi ini pada Rabu, 8 Mei 2025, menyebut meningkatnya ketegangan sebagai hal yang memalukan dan berharap kedua negara menghentikan aksi saling balas dendam.
India saat ini merupakan mitra strategis utama bagi Washington dalam menghadapi pengaruh China yang semakin kuat, sedangkan Pakistan tetap menjadi sekutu lama meski peran strategisnya menurun setelah penarikan pasukan AS dari Afghanistan pada 2021.
Analis memperkirakan, fokus diplomasi AS yang tersita pada konflik di Ukraina dan Gaza membuat Washington kemungkinan membiarkan India dan Pakistan menyelesaikan ketegangan mereka sendiri pada tahap awal ini, tanpa tekanan langsung yang signifikan.
BERITA TERKAIT: