Teror Berdarah di Kashmir, Militan Bunuh 26 Wisatawan Tanpa Ampun

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/hani-fatunnisa-1'>HANI FATUNNISA</a>
LAPORAN: HANI FATUNNISA
  • Rabu, 23 April 2025, 11:38 WIB
Teror Berdarah di Kashmir, Militan Bunuh 26 Wisatawan Tanpa Ampun
Paramedis membawa seorang turis yang terluka di atas tandu di sebuah rumah sakit di Anantnag, di Kashmir yang dikuasai India, pada hari Selasa, 22 April 2025/Net
rmol news logo Sebuah tragedi mengguncang wilayah Kashmir yang dikuasai India pada hari Selasa, 22 April 2025 ketika militan bersenjata menembak dan membunuh sedikitnya 26 wisatawan di padang rumput Baisaran, sekitar 5 kilometer dari kota resor Pahalgam. 

Serangan ini, yang juga menyebabkan puluhan luka-luka, dianggap sebagai salah satu yang paling mematikan terhadap warga sipil dalam beberapa tahun terakhir.

"Serangan ini jauh lebih besar daripada apa pun yang pernah kita lihat yang ditujukan pada warga sipil dalam beberapa tahun terakhir," tulis Omar Abdullah, pejabat terpilih tertinggi di wilayah tersebut, melalui media sosial, seperti dimuat Associated Press.

Polisi menyalahkan kelompok militan yang menentang kekuasaan India atas serangan kejam tersebut. 

Menurut dua perwira senior yang berbicara secara anonim, empat militan menembaki puluhan wisatawan lokal dari jarak dekat, sebagian besar korban adalah warga India. 

Dari 26 korban tewas, 24 mayat ditemukan di lokasi kejadian, sementara dua lainnya meninggal dalam perjalanan ke rumah sakit.

Menteri Dalam Negeri India, Amit Shah, berjanji akan menindak tegas para pelaku. 

"Kami akan menindak tegas para pelaku dengan konsekuensi yang paling berat," tulisnya di media sosial, usai mengadakan pertemuan darurat dengan pejabat keamanan di Srinagar.

Perdana Menteri Narendra Modi langsung mempersingkat kunjungannya ke Arab Saudi dan kembali ke New Delhi. 

Sementara itu, pemimpin oposisi India, Rahul Gandhi turut mengutuk serangan itu, menyebut pemerintah Modi harus bertanggung jawab. 

“Pemerintah harus bertanggung jawab alih-alih membuat klaim kosong tentang situasi yang normal,” tegasnya. 

Respons global pun bermunculan. Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres mengutuk keras serangan tersebut. 

“Serangan terhadap warga sipil tidak dapat diterima dalam keadaan apa pun,” kata juru bicara PBB, Stephane Dujarric.

Wakil Presiden AS JD Vance, yang sedang berkunjung ke India, menyebutnya sebagai serangan teroris yang menghancurkan. 

Presiden AS Donald Trump juga turut menyampaikan dukacita dan dukungan kepada India. 

“Amerika Serikat berdiri teguh bersama India melawan terorisme,” tulisnya di media sosial. 

Sementara itu, ulama terkemuka Kashmir, Mirwaiz Umar Farooq, menekankan bahwa tindakan kekerasan tersebut bertentangan dengan nilai-nilai lokal. 

“Kekerasan seperti itu tidak dapat diterima dan bertentangan dengan etos Kashmir, yang menyambut pengunjung dengan cinta dan kehangatan,” ujarnya.

Kashmir, yang telah menjadi titik konflik selama beberapa dekade, kembali menjadi sorotan dunia. 

Meskipun pemerintah India telah mempromosikan pariwisata sebagai tanda stabilitas, serangan ini menjadi bukti bahwa wilayah tersebut masih rentan terhadap kekerasan bersenjata.

Penelusuran terhadap para pelaku masih berlangsung, sementara keluarga korban dan masyarakat internasional menanti keadilan.rmol news logo article

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA