Umar Hadi menggambarkan Asia Timur, yang kini sering disebut sebagai kawasan Indo-Pasifik, sebagai wilayah dengan paradoks besar.
"Negara-negara di Asia Timur, seperti Tiongkok, Jepang, Korea Selatan, ASEAN, termasuk Indonesia, adalah motor penggerak ekonomi dunia. Namun, kawasan ini juga merupakan salah satu yang paling tidak stabil secara politik dan keamanan," ujarnya.
Ia menyoroti kontribusi signifikan kawasan ini terhadap ekonomi global. Saat pertumbuhan ekonomi Eropa hanya sekitar 1 persen, Tiongkok bisa mencapai belasan persen, Indonesia sekitar 8 persen sebelum pandemi.
"Meski kini turun ke 5 persen, pertumbuhan ekonomi dunia tetap bergantung pada Asia Timur," jelas Umar di hadapan para peserta yang terdiri dari mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, UNJ dan undangan umum.
Namun, di balik kekuatan ekonomi tersebut, Asia Timur menghadapi banyak masalah yang mengancam stabilitas. Contohnya, masalah di Semenanjung Korea yang belum selesai, potensi konflik di Selat Taiwan, hingga sengketa Laut China Selatan.
"Secara ekonomi sangat penting, tapi secara politik dan keamanan sangat tidak stabil. Itulah paradoks Asia Timur," tutupnya.
Diskusi yang turut didukung JMSI,
RMOL.ID, Farah.ID dan Zona Terbang, diharapkan dapat memberikan wawasan strategis bagi pemerintahan Prabowo Subianto dalam meningkatkan hubungan Indonesia-Korea di tengah tantangan kawasan Indo-Pasifik.
BERITA TERKAIT: