Ini terkait beberapa pernyataan seksis yang pernah dilontarkan Trump di masa lalu, kasus pelecehan seksual yang pernah dituduhkan kepadanya, dan pendiriannya tentang aborsi.
Wanita muda dari berbagai wilayah di AS aktif membahas gerakan ini di sosial media. Mereka menganggap ini sebagai bentuk perlawanan terhadap patriarki, terutama di negara maju seperti AS.
Mereka mengaku kecewa karena para pria muda telah memilih kandidat yang menurut mereka tidak menghormati otonomi tubuh mereka.
Beberapa pendukung Trump, seperti aktivis politik sayap kanan Nick Fuentes, mengunggah pesan di laman X-nya, “Tubuhmu, pilihanku.”
Sontak, cuitan tersebut memicu kontroversi. Pesan tersebut merupakan hasil rekayasa dari slogan “tubuhku, pilihanku” yang selama ini digaungkan oleh para feminis dalam memperjuangkan otonomi dan hak reproduksi.
Kini, wanita AS penganut gerakan 4B yang kecewa dengan kemenangan Trump menolak keterlibatan dengan pria.
Gerakan 4B sendiri berasal dari Korea Selatan dan berkembang sejak tahun 2015. 4B memuat empat prinsip utama: bihon (tidak menikah), bichulsan (tidak melahirkan), biyeonae (tidak berkencan), dan bisekseu (tidak berhubungan seks dengan pria).
Banyak wanita muda Korea yang mendukung gerakan ini sebagai bentuk protes terhadap budaya patriarki dan tingginya angka kekerasan seksual.
Selain kekerasan seksual, faktor lain yang turut mendorong gerakan ini adalah kesenjangan ekonomi yang signifikan.
Meskipun Korea Selatan memiliki ekonomi yang maju, perempuan masih minim terwakili dalam posisi senior atau manajerial.
Berdasarkan data OECD, pria Korea memperoleh penghasilan 31,2 persen lebih tinggi daripada wanita.
“Kami (wanita) telah berusaha keras untuk mengimbangi mereka (pria) dan melakukan apa yang mereka inginkan, tapi mereka tetap membenci kami. Jadi, jika memang begitu, kami akan hidup sesuai keinginan kami.” ujar Ashli Pollard, wanita asal St. Louis, dikutip 11 November 2024.
Feminisme dan kesenjangan gender memang masih menjadi isu panas di Korea Selatan dan AS.
Ju Hui Judy Han, profesor studi gender di University of California, Los Angeles (UCLA), menjelaskan bahwa masih banyak sentimen 4B yang dirasakan wanita Korea meskipun gerakan ini telah mengalami penyusutan.
“Ketika ada kekerasan dan ketidaksetaraan yang begitu besar dan semua hal membuat pernikahan serta membesarkan anak terasa begitu sulit, bagaimana orang bisa membayangkan menikah?” ucapnya, dikutip 11 November 2024.
Meskipun gerakan 4B diperkirakan tidak akan bertahan lama di AS, Han berharap gerakan ini dapat menginspirasi wanita AS untuk membangun solidaritas lintas negara dalam memperjuangkan keadilan reproduksi dan kesetaraan gender.
BERITA TERKAIT: