Dalam sebuah pernyataan pada Senin (12/8), Kepala EMT 5, Dokter spesialis bedah syaraf Dani Kurniadi mengungkap dirinya dan tim tiba di RS Indonesia pada Jumat sore (9/8) setelah menempuh perjalanan selama enam jam dari Gaza Tengah dan melewati pos pemeriksaan Israel.
Sesampainya di RS Indonesia, Dani dan EMT 5 melakukan pemeriksaan ke seluruh ruangan RS Indonesia.
Menurut penuturan Dani, RS Indonesia kini telah beroperasi kembali, meskipun sebelumnya pernah menjadi sasaran bombardir Israel.
Kendati demikian, lanjut Dani, terdapat beberapa kerusakan baik struktur bangunan maupun sarana dan prasarana, termasuk alat-alat kesehatan.
Dijelaskan Dani, kerusakan pada struktur bangunan tidak begitu ekstensif, tetapi akses menuju RS Indonesia menjadi sulit karena banyak bangkai kendaraan dan reruntuhan bangunan yang menutupi jalan.
"Jalannya masih berantakan. Struktur Gedung lainnya yang mengalami kerusakan ada bekas roket dan kebakaran di lantai tiga dan empat," paparnya.
Selain itu, Dani menyoroti sejumlah kerusakan pada alat medis, tetapi yang memerlukan penanganan secepatnya adalah ketersediaan listrik.
Terdapat dua sumber listrik yang digunakan RS Indonesia yakni generator dan solar panel. Kendati demikian, menurut Dani hanya 20 persen solar panel yang berfungsi dan bahan bakar generator terbatas.
"Sumber kedua solar panel, dari solar yang berfungsi hanya 20 persen, sisanya rusak terkena tembakan. Kita masih punya sedikit bahan bakar, kalau malam generator kalo siang solar panel," kata Dani.
Disebutkan Dani, sejumlah alat seperti CT scan rusak, alat USG di RS Indonesia hanya satu buah yang berfungsi. Alat medis sekali pakai seperti implan tulang belakang juga habis.
Hal lain yang mengkhawatirkan menurut Dani adalah para pegawai medis RS Indonesia yang hingga kini 80 persennya belum menerima gaji.
"Kebanyakan mereka bekerja seperti relawan. Tidak jelas dibayarnya pakai apa. Ini bisa menimbulkan masalah jika dibiarkan," pungkasnya.
BERITA TERKAIT: