China tengah menghadapi tantangan di sektor properti dan penurunan permintaan ekspor global, yang mengakibatkan tingginya rasio utang dan goyahnya kepercayaan konsumen.
"Pada 2024, tingkat pertumbuhan tahunan perekonomian Tiongkok diperkirakan akan menurun dari 5,2 persen pada tahun 2023 menjadi 4,5 persen," ungkap laporan tersebut, seperti dikutip dari
Khabarhub pada Selasa (9/1).
Setelah pandemi, statistik pertumbuhan ekonomi China berkisar dari 2,2 persen pada tahun 2020 hingga 8,4 persen pada tahun 2021 dan tiga persen pada tahun 2022.
Komposisi pekerjaan di China pasca pandemi juga sebagian besar ditempati oleh orang-orang berketerampilan rendah di industri jasa, sehingga berkontribusi terhadap upah rendah.
Menurut Dana Moneter Internasional (IMF), penurunan tingkat pertumbuhan ekonomi disebabkan oleh tingginya angka usia tua, berkurangnya laba atas investasi, dan fragmentasi geo-ekonomi.
IMF merekomendasikan reformasi struktural yang berbasis luas dan pro-pasar untuk meningkatkan produktivitas, yang berpotensi bertentangan dengan ambisi Presiden Xi Jinping menuju komunisme klasik.
BERITA TERKAIT: