Proyek yang bernilai sekitar 12,65 miliar dolar (Rp 197 triliun) ini akan membuat Bangladesh menjadi negara ke-33 di dunia yang memiliki kemampuan untuk memproduksi tenaga nuklir.
Mengutip
Asia One, Jumat (6/10), negara di Asia Selatan ini saat ini tengah aktif membangun dua pembangkit listrik tenaga nuklirnya, yang bekerja sama dengan perusahaan milik negara Rusia, Rosatom, dengan 90 persen proyek tersebut didanai oleh pinjaman dari Moskow, dalam jangka waktu pengembalian selama 28 tahun dan masa tenggang selama 10 tahun.
“Hari ini adalah hari kebanggaan dan kegembiraan bagi rakyat Bangladesh,” kata Perdana Menteri Sheikh Hasina dalam konferensi video dengan Presiden Rusia Vladimir Putin, yang disebut Kedutaan Besar Rusia di Bangladesh sebagai upacara pengiriman bahan bakar nuklir dalam sebuah postingan di Facebook.
Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov, yang baru-baru ini mengunjungi Bangladesh, memastikan bahwa Moskow berkomitmen untuk menyelesaikan proyek ini tepat waktu, meskipun mereka banyak menghadapi kendala dari sanksi Barat terkait konflik di Ukraina.
Progres konstruksi ini diketahui juga sempat tertunda akibat pembatasan pandemi Covid-19 dan juga masalah terkait sanksi AS.
Namun, pembangkit listrik pertama dengan kapasitas pembangkit sebesar 2.400 megawatt ini dijadwalkan akan mulai beroperasi pada Juli tahun depan.
Proyek tersebut merupakan salah satu upaya Bangladesh dalam mengatasi krisis listriknya sejak 2013, hal ini disebabkan oleh cuaca yang tidak menentu dan kesulitan dalam membayar impor bahan bakar di tengah menurunnya cadangan devisa dan melemahnya mata uang.
BERITA TERKAIT: