Begitu yang disampaikan Kementerian Keamanan China dalam sebuah pernyataan, seperti dikutip dari
Arab News pada Selasa (22/8).
Jenis kelamin Hao tidak diungkapkan, tetapi dirinya diduga pertama kali direkrut sebagai agen spionase saat menempuh perkuliahan di Jepang.
Sebelum ke Jepang, Hou disebut telah berkenalan dengan seorang pejabat kedutaan AS yang dikenal sebagai "Ted" saat memilah aplikasi visa.
"Ted mengundang Hao untuk makan malam, memberikan hadiah, dan meminta bantuan Hao untuk menulis makalah yang dijanjikan Ted akan dibayar," kata kementerian itu.
Kemudian, Ted memperkenalkan Hao kepada temannya bernama Li Jun sebelum masa jabatannya di kedutaan besar di Jepang berakhir.
Sebelum Hao menyelesaikan studinya, Li ternyata adalah personel CIA yang berbasis di Tokyo dan diduga telah menghasut Hao untuk memberontak dengan kembali ke China sebagai mata-mata.
"Hao menandatangani perjanjian spionase, menerima gaji dan pelatihan dari AS," menurut pernyataan itu.
Kasus Hou diungkap setelah kementerian mengatakan pihaknya menemukan warga negara lain yang juga diduga menjadi mata-mata CIA setelah direkrut di Italia.
Hubungan antara AS dan China telah memburuk dalam beberapa tahun terakhir karena berbagai masalah, termasuk keamanan nasional.
Washington menuduh Beijing melakukan spionase dan serangan dunia maya. China juga telah menyatakan berada di bawah ancaman mata-mata.
Bulan ini, China meminta warganya berpartisipasi kampanye anti-spionase, setelah memperluas undang-undang yang berkaitan pada bulan Juli.
BERITA TERKAIT: