Langkah penutupan ini sebagai bagian dari inisiatif efisiensi pemerintah di bawah Presiden Donald Trump.
Dalam sebuah memo kepada karyawan, Penjabat Administrator NASA, Janet Petro, menyatakan bahwa penutupan ini mencakup Kantor Teknologi, Kebijakan, dan Strategi, yang sebelumnya memberikan nasihat kepemimpinan kepada NASA.
Keputusan ini juga mengakibatkan pengurangan tenaga kerja, dengan 23 karyawan terdampak, termasuk Kepala Ilmuwan saat ini, Katherine Calvin, dan Kepala Teknolog, A.C. Charania.
Petro menekankan bahwa restrukturisasi ini bertujuan untuk menyelaraskan tenaga kerja NASA dengan kebutuhan misi dan prioritas administrasi saat ini.
“Kami melihat ini sebagai peluang untuk merombak tenaga kerja kami, memastikan kami melakukan apa yang diwajibkan undang-undang kepada kami, sekaligus menyediakan badan usaha yang efisien dan efektif bagi warga negara Amerika,” tulis Petro, seperti dikutip dari
The Guardian, Selasa 11 Maret 2025.
"Saya tahu berita ini sulit dan dapat memengaruhi kita semua secara berbeda. Perubahan sebesar ini tidak pernah mudah, tetapi kekuatan kita berasal dari komitmen bersama terhadap misi kita dan satu sama lain," lanjutnya.
Keputusan ini memicu kekhawatiran, terutama karena bertentangan dengan tujuan NASA untuk meningkatkan keberagaman dalam misi eksplorasi bulan mendatang. Kritikus berpendapat bahwa langkah ini mencerminkan serangan terhadap sains dan pengambilan keputusan berbasis bukti.
Posisi kepemimpinan Petro kemungkinan besar akan segera diambil alih oleh miliarder Jared Isaacman, pilihan Trump untuk administrator NASA yang baru.
Isaacman, yang dikenal sebagai pendiri Shift4 Payments dan Draken International, sebelumnya memimpin misi luar angkasa sipil pertama dengan SpaceX pada tahun 2021.
Penunjukan ini menimbulkan pertanyaan mengenai masa depan misi pribadinya dengan SpaceX, karena peran barunya di NASA mungkin mempengaruhi kelanjutan program Polaris yang direncanakannya.
BERITA TERKAIT: