Dikutip dari
Reuters pada Rabu (2/8), Kislitsin yang merupakan karyawan perusahaan keamanan siber Rusia F.A.C.C.T., telah menjadi tahanan Kazakhstan sejak ditangkap pada 22 Juni lalu.
Juru Bicara Kantor Kejaksaan Kazakh, Duisembai Darkhan, menegaskan bahwa hingga kini belum ada keputusan untuk mengembalikan Kislitsin ke negaranya.
"Pengadilan setempat hanya memutuskan untuk menahan Kislitsin sambil menunggu kemana dia akan diekstradisi," tegasnya.
Pernyataan Darkhan merujuk pada proposal ekstradisi Kislitsin yang tidak hanya diajukan oleh Rusia tetapi juga oleh AS.
Faktanya, Kislitsin ditangkap di Kazakhstan atas perintah Washington. Kislitsin dituduh membeli data pribadi yang diperoleh melalui peretasan Formspring tahun 2012.
Formspring adalah situs media sosial yang sekarang sudah tidak berfungsi yang memungkinkan pengguna menerima jawaban atas pertanyaan.
Rusia telah memprotes penahanan tersebut, meminta Kazakhstan untuk tidak melaksanakan permintaan AS.
Kemudian pada Selasa (1/8), harian Kommersant Rusia mengutip konsulat Rusia di Kazakhstan mengatakan Astana telah memutuskan untuk menyerahkan Kislitsin ke Rusia.
Kasus ini dapat semakin memperkeruh hubungan antara Kazakh dan Rusia. Terlebih sejak Astana memutuskan untuk mengecam operasi militer Moskow di Ukraina.
BERITA TERKAIT: