Africa News melaporkan Jumat (7/7), dalam pernyataan yang dirilis Kamis, sinode menyatakan penyesalan karena gagal menjamin keselamatan para pemimpin dan pengikut gereja selama konflik.
"Sinode secara resmi meminta maaf atas kegagalan untuk segera memberikan bantuan kemanusiaan sesuai dengan keputusan Sinode Suci setelah perang berakhir dan perdamaian dipulihkan," bunyi pernyataan itu.
Gereja telah menjadi sasaran kritik karena tidak mengutuk perang, yang mengakibatkan hilangnya ratusan ribu nyawa. Para uskup Tigray bahkan telah mengumumkan niat mereka untuk mendirikan gereja independen di luar sinode awal tahun ini.
Menyusul berakhirnya perang pada akhir 2022, Sinode Suci secara aktif mencari rekonsiliasi dengan para pemimpin Ortodoks di Tigray. Mereka secara resmi meminta maaf atas keterlambatan pengiriman bantuan kemanusiaan setelah perang berakhir.
Sementara beberapa orang melihat ini sebagai awal yang positif, seorang uskup dari Tigray mengkritik permintaan maaf tersebut, menyatakan bahwa permintaan maaf itu tidak mengakui besarnya ketidakadilan yang dilakukan.
BERITA TERKAIT: