Aktivitas peleburan tambang Chili itu dilaporkan telah mencemari tiga kota di sekitar Teluk Quintero, Puchuncaví, dan Concon. Gas beracun dan partikel halus di dalamnya dapat menyebabkan ketidaknyamanan dan penyakit pernapasan saat masyarakat menghirupnya.
Seperti dimuat
FOX News, Kamis (1/6), penutupan itu dilakukan setelah keracunan massal terjadi baru-baru ini di Chili. Hampir 100 siswa menderita keracunan karena kualitas udara yang buruk.
Polusi udara di Chili dikonfirmasi telah mengandung sulfur dioksida, atau gas beracun dan korosif yang bila terhirup menyebabkan iritasi pada hidung, mata, dan tenggorokan. Lebih dari 50.000 penduduk teluk dikabarkan terus menghirup gas beracun tersebut.
“Lebih dari 60 persen dari total emisi sulfur dioksida di daerah tersebut berasal dari pabrik peleburan milik negara,” kata Presiden Gabriel Boric.
Selama upacara resmi yang diadakan di Puchuncaví, gambar api dari tungku peleburan diperlihatkan secara bertahap hingga benar-benar padam, yang menandai penutupan peleburan tembaga yang berusia 59 tahun itu.
Direktur Greenpeace Chile Codelco Matías Asún mengatakan, meskipun Ventanas telah ditutup, mereka masih perlu melihat dan memantau secara aktif terhadap seluruh industri yang dihasilkan di sekitar peleburan.
BERITA TERKAIT: