Penurunan itu terjadi bersamaan dengan klaim kemenangan yang diumumkan Presiden Recep Tayyip Erdogan usai pemungutan suara di putaran kedua.
Mengutip
Reuters, di hari itu lira dibuka pada 20,05 terhadap dolar saat minggu perdagangan baru berlangsung, tidak jauh dari rekor terendah 20,06 yang dicapai pada Jumat.
Sejak awal tahun, lira telah melemah lebih dari 6 persen dan kehilangan lebih dari 90 persen nilainya selama dekade terakhir akibat ekonomi dalam cengkeraman siklus boom dan bust yang merajalela, serangan inflasi, hingga krisis mata uang.
Krisis tersebut terjadi pada 2021, saat itu pemerintah Erdogan berusaha mengambil peran yang semakin aktif di pasar valuta asing dengan pergerakan harian menjadi sangat kecil dan cenderung melemah.
Wakil presiden di firma penasihat Teneo, Wolfango Piccoli, mengatakan, setelah terpilih kembali kemungkinan besar Erdogan tidak akan menerima pendekatan ekonomi ortodoks secara langsung.
Namun, akan ada beberapa penyesuaian terhadap pendekatan ekonomi heterodoks saat ini yang ditujukan untuk persiapan jelang pemilihan daerah Maret 2024.
BERITA TERKAIT: