Keterangan tersebut disampaikan Menteri Kesehatan Tanzania Ummy Mwalimu pada Selasa (21/3) waktu setempat.
"Hasil laboratorium kesehatan masyarakat kami telah mengkonfirmasi bahwa penyakit ini disebabkan oleh virus Marburg," kata Mwalimu, seperti dikutip dari
AFP, Rabu (22/3).
Ia kemudian mengimbau warga untuk tetap tenang dan meyakinkan bahwa pemerintah telah berhasil mengendalikan penyebaran penyakit tersebut.
“Tidak perlu panik atau menghentikan kegiatan ekonomi karena Tanzania bukan yang pertama. Kami memiliki semua yang kami butuhkan untuk mengendalikan penyakit menular ini,†kata Mwalimu.
"Tiga pasien telah mendapat perawatan di rumah sakit, saat ini pihak berwenang sedang melacak 161 kontak," tambahnya.
Negara Afrika Timur itu pekan lalu mengirim tim tanggap cepat ke wilayah barat laut Kagera yang berbatasan dengan Uganda untuk menyelidiki penyakit tersebut.
Wabah sebelumnya dan kasus sporadis telah dilaporkan di Afrika Selatan, Angola, Kenya, dan Republik Demokratik Kongo.
Virus Marburg adalah mikroba yang sangat berbahaya yang menyebabkan demam parah, sering disertai pendarahan dan kegagalan organ.
Itu adalah bagian dari apa yang disebut keluarga filovirus yang juga mencakup Ebola, yang telah mendatangkan malapetaka pada beberapa wabah sebelumnya di Afrika.
Organisasi Kesehatan Dunia PBB (WHO) memuji reaksi cepat Tanzania terhadap wabah tersebut, menambahkan bahwa pihaknya siap untuk memastikan "tidak ada celah dalam menanggapi."
"Saya meminta anggota masyarakat untuk bergandengan tangan dengan pemerintah untuk memastikan bahwa kontak teridentifikasi dan mereka yang membutuhkan perawatan diberikan pada waktu yang tepat," kata perwakilan negara WHO Zabulon Yoti.
Virus ini mengambil namanya dari kota Marburg di Jerman, tempat pertama kali diidentifikasi pada tahun 1967, di laboratorium tempat para pekerja melakukan kontak dengan monyet hijau yang terinfeksi yang diimpor dari Uganda.
Hewan tersebut dapat menularkan virus ke primata dalam jarak dekat, termasuk manusia, dan penularan dari manusia ke manusia kemudian terjadi melalui kontak dengan darah atau cairan tubuh lainnya.
Tingkat kematian dalam kasus yang dikonfirmasi berkisar antara 24 persen hingga 88 persen pada wabah sebelumnya, tergantung pada jenis virus dan manajemen kasus, menurut WHO.
Saat ini tidak ada vaksin atau perawatan antivirus, tetapi perawatan potensial, termasuk produk darah, terapi kekebalan dan terapi obat, serta calon vaksin awal sedang dievaluasi, kata WHO.
BERITA TERKAIT: