Inggris pada Senin merinci rencana untuk meningkatkan pengeluaran militer dan keamanan sebagai persiapan menghadapi tantangan yang ditimbulkan oleh China, sementara juga melawan Rusia.
"Kita tidak bisa menutup mata terhadap perilaku militer dan ekonomi yang semakin agresif dari Partai Komunis China," kata Menteri Luar Negeri James Cleverly, saat mengumumkan tinjauan terbaru ke parlemen pada Senin.
Diplomat top Inggris itu juga menuding Beijing memicu ketegangan dengan Taiwan dan mencoba mempersenjatai negara lain.
Para pengamat menilai, lewat keputusannya, Inggris telah melakukan provokasi berulang dan hype terus menerus dari apa yang disebut "teori ancaman China" hanya untuk melayani kepentingan Amerika Serikat.
"Pendirian Inggris yang lebih keras terhadap China adalah untuk memenuhi tujuan strategis AS, dan untuk meningkatkan apa yang disebut hubungan khusus Inggris-AS," kata Liu Zuokui, seorang peneliti studi Eropa di Akademi Ilmu Sosial China, seperti dikutip dari
Global Times, Selasa (14/3).
Liu mencatat, kebijakan luar negeri Inggris telah mengikuti kebijakan AS yang menyebabkan penurunan pengaruh global negara yang tak terelakkan setelah Brexit.
"Selain itu, dengan menurunnya hubungan China-Inggris, telah menjadi rutinitas bagi Inggris untuk membuat pernyataan provokatif terhadap China dari waktu ke waktu," kata Liu.
"Karena pengaruh luar negeri Inggris telah menurun, ia ingin mempertahankan pengaruhnya di luar negeri. Cara yang sangat penting untuk melakukannya adalah dengan menunjukkan sikap keras terhadap China" tambahnya.
Liu memperingatkan bahwa provokasi berulang dan hype pemerintah Inggris pada "teori ancaman China" akan berdampak negatif pada hubungan China-Inggris.
“Skala kerja sama yang potensial antara China dan Inggris sangat besar. Jika pemerintah Inggris terus bersikap provokatif terhadap China, bidang kerja sama kemungkinan akan terpengaruh, yang perlu dipertimbangkan oleh (Perdana Menteri Inggris Rishi) Sunak,†ujarnya.
BERITA TERKAIT: