Insiden itu terjadi selama ajang lomba Mount Cameroon Race of Hope pada Sabtu (25/2). Sedikitnya 19 orang terluka, termasuk sembilan atlet yang sedang berkompetisi di ajang lomba lari tahunan, dan 10 warga sipil.
Menurut laporan dari Gubernur wilayah barat daya, Bernard Okalia Bilai, semua yang terluka telah dibawa ke rumah sakit untuk mendapatkan perawatan.
Sementara itu, sebuah kelompok separatis berbahasa Inggris yang ingin memisahkan diri dari daerah yang didominasi berbahasa Prancis itu telah mengaku bertanggung jawab atas serangan tersebut.
Dalam pernyataannya, mereka mengaku menargetkan militer Kamerun, akan tetapi serangan itu mengalami salah sasaran.
"Target utama kami adalah militer Kamerun yang memberikan keamanan bagi para atlet. Kami menyesalkan warga sipil yang terluka. Kami akan terus melawan militer di mana pun mereka berada sampai mereka membebaskan wilayah kami," kata kelompok separatis tersebut.
Imbas dari serangan, perlombaan tahunan yang dihadiri oleh 550 atlet dari 13 negara mulai ricuh. Pelari dan penonton melarikan diri, setelah acara baru dimulai selama 30 menit.
Dimuat
VOA News pada Minggu (26/2), negara di Afrika Tengah itu memang telah dilanda pertempuran sejak 2017 lalu, dengan para kelompok separatis berusaha memisahkan diri dari wilayahnya.
Akibat konflik tersebut, menurut data dari PBB, lebih dari 3.300 orang tercatat telah meninggal dunia, dengan sekitar 750 ribu lainnya terlantar dari pemukimannya.
BERITA TERKAIT: