Profesor di Sekolah Kimia dan Biosains Molekuler Universitas Queensland, Kirsty Short mengatakan angsa hitam bisa mati hanya dalam tiga hari setelah terinfeksi flu burung.
“Tidak seperti bebek Mallard, misalnya, angsa hitam sangat sensitif terhadap flu burung yang sangat patogen (HPAI) yang sering disebut sebagai flu burung dan dapat mati karenanya dalam waktu tiga hari," jelasnya, seperti dimuat
The Independent, Rabu (25/1).
Berdasarkan hasil penelitian Kirsty, keberlangsungan angsa hitam akan sangat terancam jika wabah flu burung semakin menyebar dan sampai ke Australia.
"Data kami menunjukkan bahwa sistem kekebalan angsa hitam sedemikian rupa sehingga, jika infeksi virus unggas terjadi di habitat aslinya, kelangsungan hidup mereka akan terancam," tegasnya.
Kirsty mengatakan, meskipun saat ini Australia tidak memiliki wabah flu burung, tetapi ancaman tetap ada karena virus mematikan itu telah menyebar dari Asia ke Amerika Utara, Eropa, Afrika Utara dan Amerika Selatan.
“Risiko terhadap salah satu burung paling unik dan cantik di Australia sangat nyata, dan kita perlu bersiap jika ingin melindunginya," kata Kirsty.
Wabah flu burung terbesar, terjadi di Inggris dengan lebih dari tujuh juta burung penangkaran telah mati atau dimusnahkan sejak Oktober 2021.
Angka tersebut menunjukkan bahwa setiap harinya, ada 17 ribu burung yang dimusnahkan untuk menghentikan penyebaran.
BERITA TERKAIT: