Setidaknya begitu yang ditulis oleh Dr Sakariya Kareem, seperti dimuat
Asian Lite pada Senin (9/1).
Menurut Kareem, saat ini wilayah perbatasan Pakistan-Afghanistan sedang kembali bergejolak dan menjadi pusat terorisme global, semenjak pemerintah Kabul yang dipimpin Taliban tidak pernah mau mengakui perbatasan internasionalnya, yang menjadi tempat persembunyian dari kelompok militan, Tehreek-e-Taliban Pakistan (TTP).
Hubungan bilateral antara Kabul dan Islamabad kini menjadi tegang karena Taliban Afghanistan diduga mendukung saudara-saudara ideologisnya, TTP, yang kerap kali meluncurkan serangan teror di Pakistan.
Meski Amerika Serikat (AS) telah menyatakan kesediaannya untuk membantu Pakistan dalam memerangi serangan teror, namun para analis Pakistan percaya serangan teror hanya bisa diatasi oleh negaranya sendiri, melalui tekad yang kuat, serta keputusan-keputusan sulit yang harus diambil oleh pemerintah.
Menurut Raoof Hasan, seorang penasihat khusus mantan Perdana Menteri Imran Khan, Taliban Afghanistan dan TTP saat ini telah bersatu. Ini membuat pemerintah sulit untuk menjinakkan kelompok militan ini, apalagi hanya dengan pembicaraan damai.
"Operasi untuk menjinakkan TTP hanya sebagian berhasil karena sebagian besar operasi mereka melarikan diri melintasi perbatasan tempat mereka bekerja sejak dalam ikatan berbakti dengan Taliban Afghanistan," ujarnya yang dimuat
The News pada Jumat (6/1).
Sementara itu, dimuat
Dawn, TTP merupakan kelompok militan yang tidak terkalahkan, karena mereka memiliki hubungan dengan Taliban di Afghanistan.
Untuk itu, pemerintah perlu memperkuat tentara dan memperjelas motivasi dalam mengalahkan TTP.
Sejauh ini menurut catatan resmi dari Institut Studi Perdamaian Pakistan (PIPS), ada 419 orang Pakistan yang tewas dan 734 terluka dalam 262 aksi serangan teror selama setahun terakhir yang diluncurkan oleh TTP dan kelompok militan Islam lainnya yang aktif di perbatasan Afghanistan-Pakistan.
Meski Taliban telah secara terbuka menyatakan akan memerangi kelompok teror yang bersarang di wilayahnya. Namun tampaknya janji tersebut masih tidak pasti dan meragukan.
BERITA TERKAIT: