Pada Rabu (20/4), Menteri Keuangan AS Janet Yellen dan beberapa perwakilan dari negara lain walk out dari pertemuan Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral G20 sebagai protes terhadap tindakan militer Rusia.
Wakil Menteri Keuangan Rusia Timur Maksimov menghadiri pertemuan tersebut, sementara beberapa pejabat lainnya bergabung secara virtual.
China, yang diwakili Menteri Keuangan Liu Kun dalam pidatonya mengatakan bahwa China menentang politisasi dan persenjataan ekonomi global, dan G20 harus tetap pada tanggung jawabnya sendiri dengan memfokuskan diskusi pada dampak ekonomi sambil mencari pemahaman dan keseimbangan.
Para ahli mengkritik negara-negara Barat yang nampak ingin menonjol dan membawa pengaruh buruk pada sistem G20 yang seharusnya menjadi mekanisme untuk membahas masalah ekonomi dan mencari kerja sama.
"Tujuan awal G20 adalah untuk menyelesaikan krisis. Tapi sekarang menjadi panggung untuk menampilkan mentalitas Perang Dingin. AS benar-benar menghancurkan dasar-dasar mekanisme G20," kata Dong Shaopeng, penasihat ahli untuk China Securities Regulatory Commission kepada media China
Global Times, Kamis (21/4).
Negara-negara Barat yang dipimpin oleh AS telah memberlakukan beberapa putaran sanksi terhadap Rusia, termasuk menargetkan pemberi pinjaman terbesar di negara itu, mengeluarkan Rusia dari sistem pembayaran dolar SWIFT, dan melarang impor produk Rusia tertentu.
Chen Jia, seorang peneliti di Institut Moneter Internasional dari Universitas Renmin China, mengatakan bahwa AS beralih dari sanksi umum terhadap Rusia ke sanksi yang lebih bertarget untuk membalas metode tertentu yang digunakan oleh Moskow untuk melawan sanksi Barat, seperti menggunakan mata uang virtual untuk memperluas kategori dan aksesibilitas perdagangan Rusia.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: