Hal itu terungkap dari pertemuan penasihat keamanan nasional Amerika Serikat (AS) Jake Sullivan, dengan mitranya dari China, Yang Jiechi di Roma, Italia pada Senin (14/3).
Menurut pejabat senior AS, pertemuan selama tujuh jam tersebut berlangsung dengan intens.
“Pertemuan ini bukan tentang menegosiasikan masalah atau hasil tertentu, tetapi tentang pertukaran pandangan yang jujur ​​dan langsung," kata pejabat tersebut, seperti dikutip
The Guardian.
Selama pertemuan tersebut, AS berusaha mengevaluasi kembali posisi China terhadap perang Rusia dan Ukraina. Namun, AS tampaknya pesimis jika pemerintah China akan berubah pikiran untuk mendukung Moskow.
Itu lantaran China menyebut telah memutuskan untuk memberikan dukungan ekonomi dan keuangan kepada Rusia.
“Mereka telah memutuskan bahwa mereka akan memberikan dukungan ekonomi dan keuangan, dan mereka menggarisbawahi hal itu hari ini. Pertanyaannya adalah apakah mereka akan melangkah lebih jauh," jelas pejabat tersebut.
Di samping itu, China juga akan memasok daftar belanja militer untuk Rusia, termasuk drone bersenjata dan berbagai bentuk amunisi. Tetapi transfer militer dinilai tidak akan mudah.
“Kedua belah pihak memahami bahwa mereka tidak berbagi sistem yang sama, dan itu membuatnya bermasalah,†kata pejabat itu.
Menurut laporan
CNN, militer Rusia juga meminta paket ransum, karena masalah logistik yang parah dalam konflik Ukraina.
Sejak menginvasi Ukraina pada 24 Februari, Rusia menghadapi sanksi yang menghancurkan dari negara-negara Barat. Rusia dilaporkan terancam gagal bayar dalam pembayaran utangnya, dengan dua pembayaran bunga jatuh tempo pada pekan ini, meskipun memiliki masa tenggang 30 hari.
BERITA TERKAIT: