Pengumuman pada Kamis (25/3) itu bisa menjadi upaya China mengambil kesempatan dari kebuntuan Barat dengan Iran sebagai pengungkit dalam hubungannya dengan Amerika Serikat.
'Menjaga' perjanjian nuklir Iran dan mempertahankan 'kepentingan sah hubungan China-Iran' mungkin berarti mempertahankan hak China untuk berdagang dengan Iran meskipun ada sanksi AS.
Sejak mantan Presiden Donald Trump menarik diri dari Rencana Aksi Komprehensif Bersama 2015 (JCPOA) pada 2018 dan memberlakukan sanksi ekspor minyak dan perbankan terhadap Iran, China tidak terlihat menghindari pembatasan itu sampai menjelang pemilihan presiden AS.
Sejak September 2020, laporan mulai bermunculan dari volume yang lebih besar dari minyak Iran yang secara tidak langsung mengalir ke China.
China sendiri belum menerima pemberitahuan sanksi terhadap minyak Iran dari pemerintahan Biden, menurut juru bicara kementerian Gao Feng dalam jumpa pers Kamis (25/3) seperti dilaporkan
Reuters.
Washington telah memperingatkan Beijing bahwa mereka akan memberlakukan sanksi Trump.
Pada 2021, ekspor Iran dilaporkan telah mencapai hampir satu juta barel per hari. Reuters melaporkan bahwa Iran telah "secara tidak langsung" memindahkan rekor volume minyak ke China dalam beberapa bulan terakhir, ditandai sebagai pasokan dari Oman, UEA dan Malaysia.
BERITA TERKAIT: