Sejak awal pemilihan, publik di Indonesia mengikuti perkembangan politik AS yang mempertarungkan petahana, Presiden Donald Trump dan lawannya dari Partai Demokrat, Joe Biden.
Berdasarkan hasil Electoral College pada Senin (14/12), Biden telah dinyatakan memenangkan pemilihan, menggeser Trump dari singgasananya di Gedung Putih.
Kemenangan Biden sendiri seakan menjadi harapan bagi banyak negara yang dikecewakan dengan kebijakan luar negeri Trump.
Tetapi dalam diskusi virtual bertajuk "Prahara Cinta Segitiga Indonesia-China-Amerika" yang digelar
Kantor Berita RMOL Sumut pada Jumat (18/12), pengamat hubungan internasional Teguh Santosa mengingatkan, publik tidak boleh melupakan satu hal penting.
"Orang berharap ada koreksi terhadap kebijakan luar negeri Amerika Serikat, di kawasan kita lah. Tapi satu hal yang harus kita garisbawahi, mereka adalah presiden Amerika Serikat," kata Teguh sembari menyebutkan nama beberapa presiden terakhir AS.
"Nah sebagai presiden AS, mereka tentu akan mengedepankan dan memperjuangkan agenda kepentingan nasional AS," tambahnya.
Dengan begitu, dosen hubungan internasional Universitas Islam Negeri (UIN) Jakarta itu mengingatkan agar Indonesia tidak menyimpulkan arah kepemimpinan Biden.
"Jangan berpikir tiba-tiba (AS) akan pro ini pro itu. Kalau kita tidak menggarisbawahi hal ini, saya khawatir kita kecewa lagi," tuturnya.
Teguh pun menyoroti bagaimana publik Indonesia menyambut kemenangan Barack Obama. Ketika itu Obama disambut seakan "Presiden Dunia", alih-alih presiden AS.
"Padahal tidak, dia presiden Amerika Serikat dan tentu dia mengedepankan kepentingan Amerika Serikat," tandasnya.
BERITA TERKAIT: