Dalam video yang beredar luas sejak Oktober lalu hingga hari ini, terlihat perlakuan aparat Azerbaijan terhadap tentara Armenia yang ditawan. Mereka disiksa, dianiaya, seta dihinakan.
Orang-orang yang berada di video itu terang-terangan memperlihatkan tindakan brutalnya dengan menampar, menendang, dan mendorong tawanan perang Armenia. Para tawanan, berada di bawah tekanan maksimal, dipaksa untuk mencium bendera Azerbaijan, memuji Presiden Azerbaijan Ilham Aliyev, dan bersumpah untuk kedaulatan Azerbaijan, dan menyatakan bahwa Nagorno-Karabakh adalah Azerbaijan.
Di sebagian besar video, wajah para penculik terlihat, menunjukkan bahwa mereka tidak takut dimintai pertanggungjawaban.
Direktur Human Rights Watch untuk Eropa dan Asia Tengah, Hugh Williamson, merasa sangat prihatin dengan kejadian ini.
“Tidak ada pembenaran untuk perlakuan kekerasan dan penghinaan terhadap tawanan perang,†kata Hugh, seperti dikutip dari
Radio Of Armenia. “Hukum humaniter sangat jelas tentang kewajiban untuk melindungi tawanan perang. Otoritas Azerbaijan harus memastikan bahwa penyiksaan itu harus segera diakhiri."
Di dalam beberapa bagian video yang ditinjau tim Human Rights Watch, ada tawanan lain yang mengaku diperlakukan dengan baik. Entah apakah itu sungguh-sungguh demikian, tetapi ada alasan serius untuk mengkhawatirkan keselamatan dan kesejahteraan mereka.
Hukum humaniter internasional, atau hukum konflik bersenjata, mengharuskan pihak-pihak dalam konflik bersenjata internasional untuk memperlakukan tawanan perang secara manusiawi dalam segala situasi.
Konvensi Jenewa ketiga melindungi tawanan perang "terutama dari tindakan kekerasan atau intimidasi dan terhadap penghinaan dan rasa ingin tahu publik".
Meskipun jumlah pastinya tidak diketahui, pejabat Armenia di Yerevan mengatakan kepada Human Rights Watch bahwa Azerbaijan memiliki lusinan tawanan perang Armenia.
Armenia sendiri memiliki sedikit tawanan perang Azerbaijan dan setidaknya tiga tentara bayaran asing.
Hingga saat ini Armenia masih berjuang untuk bisa membawa pulang para tahanan perang tersebut. Armenia telah melayangkan permohonan kepada Rusia untuk segera membantu proses pemulangan para tawanan.
Perwakilan Armenia telah mengajukan permohonan kepada Konvensi Eropa tentang Hak Asasi Manusia (ECHR) dan Pengadilan Eropa untuk meminta informasi mengenai jumlah dan kondisi warga Armenia yang ditahan di sana.
BERITA TERKAIT: