Presiden Rusia Bahas Krisis Libya Melalui Telepon Dengan PM Italia

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/mega-simarmata-1'>MEGA SIMARMATA</a>
LAPORAN: MEGA SIMARMATA
  • Sabtu, 28 Desember 2019, 09:23 WIB
Presiden Rusia Bahas Krisis Libya Melalui Telepon Dengan PM Italia
Vladimir Putin-Giuseppe Conte/Net
rmol news logo Perdana Menteri Italia, Giuseppe Conte melakukan pembicaraan yang panjang melalui sambungan telepon dengan Presiden Federasi Rusia, Vladimir Putin, Kamis sore (26/12).

Dalam percakapan telepon yang bernuansa sangat baik itu, Putin dan Conte membahas mengenai hubungan bilateral antara Italia dan Rusia.

Kemudian kedua pemimpin membahas masalah Ukraina, Suriah, terutama krisis di Libya menjadi fokus pembicaraan keduanya.

Istana Kepresidenan Chigi yang menjadi Kantor Perdana Menteri Conte menegaskan bahwa kedua pemimpin berjanji untuk saling melakukan pembaruan konstan dengan mempertimbangkan kepentingan strategis.

Sementara menurut Istana Kepresidenan Rusia, Kremlin, Presiden Putin dan Perdana Menteri Conte sepakat bahwa situasi di Libya harus diselesaikan dengan cara damai.

Saat Putin dan Conte berteleponan, pada hari yang sama yaitu Kamis (26/12), dari Ankara Turki, Presiden Recep Tayyip Erdogan mengatakan bahwa parlemen negaranya akan melangsungkan pemungutan suara pada awal Januari mengenai RUU yang memungkinkan negara itu mengirim pasukan ke Libya untuk mendukung pemerimntah dukungan PBB di Tripoli.

Dikutip dari VOA, Presiden Erdogan mengatakan pemungutan sura akan dilangsungkan tanggal 8 atau 9 Januari setelah para legislator melakukan rehat akhir tahun.

Partai Erdogan memiliki suara mayoritas sehingga RUU itu kemungkinan disepakati meski ada keberatan dari partai oposisi utama yang menentang keterlibatan militer di Libya.

Erdogan mengatakan, langkah itu diambil menyusul permohonan bantuan dari PM Libya Fayez Sarraj. Kedua pemimpin itu menandantangani kesepakatan keamanan bulan lalu di Istanbul.

Pemerintah Kesepakatan Nasional (GNA) pimpinan Sarraj berusaha menanggulangi serangan yang dipimpin Jenderal Khalifa Hifter, pemimpin de facto Libya Timur, yang ingin merebut kontrol Tripoli.

GNA dan pemerintah saingannya di Libya Timur didukung berbagai kelompok milisi dan pemerintah asing. Negara itu telah dirundung ketidakstabilan sejak terguling dan terbunuhnya pemimpin lama Moammar Gadhafi pada 2011. rmol news logo article

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

FOLLOW US

ARTIKEL LAINNYA