Gelombang protes yang terjadi di Kolombia merupakan bentuk kekecewaan warga terhadap pemerintahan Presiden Ivan Duque yang dinilai lambat dalam pemberantasan korupsi, meningkatkan pendidikan publik serta mendorong ekonomi yang lebih juat dan adil.
Warga juga khawatir dengan pengelolaan kesepakatan damai tahun 2016 dengan kelompok pemberontak FARC sayap kiri, yang tidak disukai banyak orang Kolombia.
Di tengah protes yang terjadi, otoritas setempat mengatakan bahwa ada 59 warga Venezuela yang ditangkap karena ikut ambil bagian dalam aksi tersebut.
Kolombia sendiri diketahui merupakan negara yang menampung sekitar 1,4 juta pengungsi yang melarikan diri dari Venezuela.
Agen Migrasi Kolombia menyebut, Venezuela telah diklasifikasikan sebagai ancaman terhadap ketertiban umum dan keamanan nasional.
"Kami tidak akan mentolerir sekelompok kecurangan yang datang untuk mengancam keamanan jalan-jalan kami," kata Direktur Migrasi Kolombia, Christian Kruger.
Dia mengatakan tindakan 59 warga Venezuela ini memicu "wabah xenophobia" yang merusak reputasi Venezuela.
Kruger mengatakan, mereka akan diserahkan kepada pihak berwenang Venezuela di perbatasan terpencil di barat daya Kolombia, San Fernando de Atabapo.
"Meskipun benar bahwa orang asing dapat berbaris, apa yang mereka tidak dapat lakukan adalah mempengaruhi ketertiban umum dan menghasilkan vandalisme dengan menempatkan barang-barang publik dan pribadi dalam bahaya serta integritas orang-orang yang berada dalam pawai itu," sambungnya, seperti dimuat
Reuters.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: