"Melalui pameran karya fotografi Choi Byung Kwan ini diharapkan dapat mengubah pemahaman masyarakat dunia terkait Zona Demiliterisasi yang selalu identik dengan peristiwa tragis dan sisi gelapnya," ujar Dubes Kim Chang Beom.
Kim Chang Beom juga berharap dengan pameran foto ini masyarakat akan dapat memahami melalui realita yang sangat serius ini, dimana bunga-bunga liar, hewan, barang-barang berbahaya atau bahkan beberapa keindahan alam masih tumbuh di sana.
"Hal itu merupakan simbol dari ketahanan perdamaian dan rekonsiliasi. Meskipun, saat ini masih dalam situasi yang sulit. Saya rasa pameran ini akan membawa pesan perdamaian dan persatuan," ujarnya.
Sementara itu, fotografer Choi Byung Kwan menyampaikan harapan agar pameran menjadi batu pijakan agar DMZ dapat didaftarkan sebagai warisan budaya dunia UNESCO, sehingga dapat membawa perdamaian abadi di semenanjung Korea.
Pameran foto yang berlangsung hingga tanggal 20 Juli ini mengabadikan suasana di Zona Demiliterisasi antara Korea Selatan dan Utara. Ini merupakan pameran pertama di Asia Tenggara setelah 44 kali dipamerkan di berbagai negara dan galeri tertentu, antara lain Markas Besar PBB, Museum Fotografi Tokyo, Museum Kota Hawaii, Galeri Shinsegae, Galeri Donga, dan lainnya.
Selain pameran karya foto DMZ, akan ada pula beberapa kegiatan lain berupa workshop tentang pertukaran budaya melalui bidang fotografi dengan komunitas fotografi Indonesia, seminar tentang keindahan wilayah DMZ dari segi pariwisata, dan berbagai kegiatan lainnya.
BERITA TERKAIT: