Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Korsel Pertanyakan Kekhawatiran China Pada THAAD

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/teguh-santosa-1'>TEGUH SANTOSA</a>
LAPORAN: TEGUH SANTOSA
  • Senin, 03 April 2017, 21:12 WIB
Korsel Pertanyakan Kekhawatiran China Pada THAAD
Ahn Chong-ghee/RMOL
rmol news logo Republik Korea memiliki hak untuk meningkatkan kapasitas militer sehingga dapat menangkal serangan dari negara lain yang mungkin terjadi kapan saja.

Salah satunya adalah dengan menempatkan radar pertahanan Terminal High Altitude Area Defense (THAAD) yang digunakan untuk menangkal serangan dari Republik Rakyat Demokratik Korea.

"Saya tekankan bahwa THAAD ditempatkan hanya untuk menangkal serangan misil Korea Utara. Dia tidak akan diarahkan kepada pihak ketiga manapun. Hal ini sudah disampaikan Korea Selatan dan Amerika Serikat berkali-kali," ujar Wakil Menteri Luar Negeri Korea Selatan, Ahn Chong-ghee di Seoul, Senin siang (3/4).

Pernyataan itu disampaikannya dalam sesion khusus di hadapan peserta Konferensi Wartawan Dunia 2017 yang diselenggarakan Asosiasi Wartawan Korea (JAK). Sekitar 100 peserta dari 52 negara menghadiri kegiatan ini.

"Cakupannya akan dibatasi hanya untuk Semenanjung Korea. Sekali lagi, kami sudah sampaikan berkali-kali, sistem pertahanan ini tidak akan digunakan untuk mengalahkan sistek pertahanan strategis negara ketiga," katanya lagi.

Menurut Wamenlu Ahn, tidak pantas bila ada yang mempertanyakan hak Korea Selatan untuk melindungi diri sendiri.

Wamenlu Ahn juga mempertanyakan reaksi keras Republik Rakyat China yang ditujukan untuk menekan Korea Selatan sehingga membatalkan penempatan THAAD.

Reaksi keras China itu misalnya, inspeksi yang dilakukan China pada perusahaan-perusahaan Korea Selatan yang terlibat dalam penempatan THAAD dan di saat bersamaan memiliki usaha di China.

"Lebih dari 80 persen dari cabang operasionalnya di China dibekukan," kata Wamenlu Ahn lagi.

Hal lain, sampai pertengahan Maret 2017, China menghentikan keberangkatan grup paket wisata China ke Korea Selatan.

Masih dikatakan Wamenlu Ahn, tindakan China ini akan merugikan diri mereka sendiri.

"Menekan salah satu partner dagang utama, nomor satu sumber pariwisata, secara ekonomi sangat irasional," demikian Wamenlu Ahn.[wid]

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA