Dalam ajang IFDF, peserta dari berbagai negara menampilkan garapan tari kolaborasi dengan koreografer Bimo Wiwohatmo asal Indonesia. Tari kolaborasi mengusung tema Memayu Hayuning Bawono dengan yang menggambarkan nilai luhur kehidupan Jawa yang memiliki makna untuk memperindah keindahan dunia.
WCF juga dimeriahkan beragam pameran kebudayaan, seperti pameran mural art atau seni visual jalanan. Pameran berlangsung melalui program dukungan sinergi dari Galeri Nasional Indonesia. Sementara seni visual jalanan akan menampilkan karya bertajuk 'Budaya untuk Bumi yang Terbuka, Toleran, dan Beragam;' berlangsung di Bentara Budaya, Bali.
Kepala Galeri Nasional Indonesia Tubagus Andre Sukmana mengatakan, pameran seni rupa merupakan bentuk partisipasi aktif para seniman yang telah berkarya cukup lama di Bali.
"Pameran mural merupakan bentuk partisipasi aktif para seniman, dengan karya-karya yang mengetengahkan tentang budaya untuk bumi yang terbuka, toleran, dan beragam, sejalan dengan tema utama WCF 2016 kali ini," jelasnya kepada redaksi, Selasa (11/10).
Pameran turut menghadirkan komunitas perupa mural yang sudah berpengalaman di Bali dan sekitarnya yaitu Komunitas Jamur, Komunitas Pojok, Komunitas Slinat, dan Komunitas Batu Belah (Suklu). Selain mural, terdapat juga pameran lukisan karya maestro Indonesia dengan tema 'Take A Closer Look to The National Gallery of Indonesia'. Dipamerkan dua lukisan repro karya Raden Saleh Syarif Bustaman yang berjudul Kapal Dilanda Badai (1851), dan lukisan berjudul Ibuku (1941) hasil goresan tangan Affandi.
Lebih jauh ke masa lampau, turut dipamerkan gambaran kehidupan manusia purba yang pernah menghuni Bumi Nusantara. Seperti patung homo erectus, tengkorak manusia purba dan budayanya, fosil gading gajah, serta virtual museum.
Pameran digelar selama lima hari akan memanjakan pengunjung dengan berbagai informasi, termasuk tentang Situs Sangiran. Situs manusia purba terbesar dan terpenting di dunia yang terletak di Kabupaten Sragen dan Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah. Sebanyak 100 fosil homo erectus atau 50 persen lebih temuan fosil tersebut di seluruh di dunia terdapat di Sangiran.
Situs Sangiran juga merupakan satu-satunya situs prasejarah yang ditetapkan sebagai warisan budaya dunia oleh Unesco pada 5 Desember 1996 yaitu sebagai The Early Man Site.
[wah]
BERITA TERKAIT: