Forum ini menghadirkan perwakilan dari 40 negara, termasuk Menteri dan Wakil Menteri Kebudayaan, Duta Besar negara sahabat, delegasi tingkat tinggi, serta para pemimpin daerah di Indonesia.
Dalam sambutannya, Menteri Kebudayaan Fadli Zon menekankan bahwa budaya adalah alat pemersatu. Budaya adalah kekuatan yang mampu menyatukan kita, melampaui batas, bahasa, dan perbedaan.
”Budaya menghubungkan manusia melalui kisah, nilai, dan ekspresi bersama yang mengingatkan kita akan kemanusiaan,” kata Fadli.
Lanjut dia, Nusantara adalah salah satu peradaban tertua di dunia yang memiliki keanekaragaman budaya dan menjadi titik temu berbagai peradaban.
“Selama berabad-abad, Nusantara menjadi titik temu pertukaran peradaban dari timur ke barat, dari utara ke selatan, yang menghasilkan keragaman ekspresi budaya. Prinsip Bhinneka Tunggal Ika, gotong royong, dan musyawarah menjadi fondasi bangsa kita dalam membangun harmoni, sekaligus kontribusi nyata bagi perdamaian dunia,” jelasnya.
Dengan mengusung tema Culture for the Future, CHANDI 2025 yang digelar bertepatan dengan peringatan HUT ke-80 tahun RI, dirancang sebagai platform global untuk memperkuat peran budaya dalam menjawab tantangan zaman. Melalui berbagai diskusi, forum kolaboratif, dan pameran, CHANDI 2025 bertujuan memperkuat diplomasi budaya sebagai sarana membangun perdamaian dan pembangunan berkelanjutan.
Kemudian mendorong strategi inovatif untuk pelestarian dan pemajuan budaya, pendekatan berbasis masyarakat dalam kebijakan kebudayaan, serta kolaborasi lintas negara demi membangun ekosistem budaya yang inklusif dan berkelanjutan.
"Melalui tema Culture for the Future, kami berharap bahwa CHANDI 2025 dapat menjadi platform global untuk mengeksplorasi kekuatan transformatif budaya dalam membentuk masa depan yang lebih inklusif, damai, dan berkelanjutan,” tutur dia.
Menurut Fadli, kompleksitas persoalan global, mulai dari ketegangan geopolitik, krisis iklim, degradasi lingkungan, hingga ketidaksetaraan sosial dan perkembangan teknologi, membutuhkan solusi yang tidak hanya mengandalkan pendekatan tradisional. Budaya, menurutnya, hadir sebagai jembatan yang mampu mempertemukan berbagai bangsa di dunia.
Lebih lanjut, politikus Gerindra itu menegaskan posisi strategis Indonesia sebagai bangsa dengan mega-diversity budaya.
“Dengan 280 juta penduduk, lebih dari 1.340 kelompok etnis, 718 bahasa daerah, serta lebih dari 2.213 warisan budaya takbenda yang tercatat, serta lebih dari 50.000 warisan yang berpotensi ditetapkan, Indonesia memiliki potensi besar dalam membangun dunia yang saling terhubung dan harmonis,” tuturnya.
Sementara itu, Menko PMK Pratikno menyampaikan bagaimana keselarasan hidup yang berdampingan dengan teknologi artificial intelligence (AI) di masa kini.
“Teknologi artificial intelligence saat ini seharusnya bisa mempermudah hidup dalam segala sisi, mengingat banyaknya konten kebudayaan yang dibuat setiap harinya. “Namun, harus diingat kecanggihan AI memiliki sejumlah risiko," kata Pratikno dalam pidatonya.
Lebih lanjut, Pratikno menegaskan sebagaimana leluhur menjaga budaya dengan kebijaksanaan, kerja sama, dan rasa saling menghormati, kini dunia memiliki tanggung jawab yang sama di ranah digital. Teknologi harus memperkuat ikatan budaya, bukan memecah belah masyarakat.
Perhelatan CHANDI 2025 resmi dibuka secara bersama-sama oleh Menko PMK Pratikno, Menteri Kebudayaan Fadli Zon, didampingi Wakil Menteri Kebudayaan Giring Ganesha, Gubernur Bali I Wayan Koster, dan Sekretaris Jenderal Kebudayaan, Bambang Wibawarta.
BERITA TERKAIT: