Begini Cerita Mahasiswa Indonesia Berpuasa di Tengah Krisis Suriah

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/'></a>
LAPORAN:
  • Minggu, 21 Juni 2015, 12:50 WIB
Begini Cerita Mahasiswa Indonesia Berpuasa di Tengah Krisis Suriah
foto:net
rmol news logo . Ramadhan tahun ini, berarti memasuki tahun kelima krisis yang memporak-porandakan Suriah. Hal tersebut jika dihitung dari gelombang Arab Spring yang melanda negara yang saat ini dipimpin oleh rezim Bashar Al-Asad sejak awal 2011 lalu.

Ketua Perhimpunan Pelajar Indonesia Suriah, Ahmad Fuadi Fauzi membeberkan kondisi tersebut tentu membuat para pelajar Indonesia yang masih bertahan di Suriah harus terus menyesuaikan di tengah kondisi yang prihatin dengan tetap menjalankan kewajiban puasa sebulan penuh.

"Kalau dulu, sebelum krisis, setiap malam kami berkeliling ke masjid-masjid di Kota Damaskus. Kadang mahasiswa berburu makanan berbuka yang enak-enak di masjid-masjid tertentu. Apalagi orang Damaskus terkenal dermawan kepada para pelajar asing. Pulang tarawih kadang dikasih uang," kenang Fuadi.

Fuadi menambahkan, suasana Ramadhan sebelum krisis, masyarakat Suriah ataupun pendatang masih bebas berkeliaran melakukan kegiatanan apapun sampai larut malam menjelang Subuh, sambil menunggu sahur. Tak jarang ditemukan anak kecil dan remaja yang bermain sepakbola di malam hari.

Namun setelah meletusnya krisis di Suriah kondisi seperti itu diakui Fuadi sudang jarang ditemukan. Kesulitan ekonomi menjadi faktor utamanya, bahkan, beberapa masjid yang biasa jadi langganan pelajar berburu makanan, sudah dikuasai pemberontak, baik dari kelompok Free Syrian Army, ISIS, Jabhat al-Nushra atau kelompok radikal atau esktrimis yang lain. Selain itu, faktor keamanan yang rawan juga tidak memungkinkan mahasiswa bepergian terlalu malam.

"Kalau sekarang ngeri. Keluar malam, kita dicurigai. Ditanyai macam-macam oleh tentara di check point. Apalagi di saat kondisi sulit seperti ini banyak orang kepepet dan nekad melakukan tindakan kejahatan," tutur mahasiswa tingkat akhir di Universitas Kuftaro, Mukhlas Hamdi Rais
 
Ramadan tahun 2015 ini jatuh pada musim panas. Artinya, lama puasa di Suriah sekitar 16,5 jam, dimulai dari Subuh pukul 04.30 dan Maghrib pukul 20.00. Sholat Isya baru dimulai pukul 21.30 dan tarawih selesai sekitar jam 23.00. Jadi menjelang tengah malam baru tiba di rumah kembali.
 
Cerita tersebut mengemuka pada saat KBRI Damaskus menyelenggarakan acara buka puasa di lobi KBRI Damaskus dengan mengundang seluruh staf dan para mahasiswa, Kamis lalu.  Acara yang juga dihadiri Dubes RI Damaskus, Djoko Harjanto menyajikan hidangan makan malam khas Nusantara setelah shalat taraweh berjamaah diselenggarakan.
 
Menurut Pelaksana Fungsi Pensosbud KBRI Damaskus, AM.Sidqi, acara ini sengaja diadakan sebagai sarana silaturahim seluruh WNI di Damaskus dan mengobati kerinduan akan kemeriahan suasana Ramadan di Tanah Air.

"Dengan kumpul dan bergembira seperti ini, kami sejenak melupakan kondisi krisis yang melanda Suriah, tanpa lupa mendoakan agar kedamaian segera terwujud di Bumi Syam ini," kata Sidqi melalui siaran pers yang dikirim kepada wartawan, Minggu (21/6)

KBRI Damaskus merencanakan akan mengadakan acara buka puasa empat kali selama bulan Ramadhan. Menurut Sidqi saat ini  jumlah pelajar Indonesia di Suriah ini sebanyak 27 orang dari berbagai tingkatan mulai dari SMA hingga pascasarjana.

Sebelum krisis, pelajar Indonesia di Suriah pernah mencapai sekitar 250 orang, namun akibat krisis yang berkepanjangan, Pemerintah RI melalui KBRI Damaskus melakukan repatriasi secara bertahap para WNI yang berada di Suriah, juga moratorium pengiriman tenaga kerja ke Suriah sejak September 2011 silam. [rus]

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

FOLLOW US

ARTIKEL LAINNYA