Pejabat AS mengatakan, serangan udara dengan kode “Operation Hawkeye Strike" ini menyasar anggota ISIS, infrastruktur, dan lokasi senjata di wilayah Suriah bagian tengah.
Menteri Pertahanan AS, Pete Hegseth, menegaskan bahwa serangan ini bukan awal dari perang baru, melainkan bentuk pembalasan atas serangan terhadap pasukan AS. “Ini bukan awal perang, ini adalah pernyataan balas dendam. Hari ini kami memburu dan membunuh musuh-musuh kami, dan kami akan terus melakukannya,” ujarnya, dikutip dari Reuters, Sabtu 20 Desember 2025.
Serangan balasan ini menyusul insiden akhir pekan lalu di kota Palmyra, Suriah tengah, di mana dua tentara AS dan seorang penerjemah sipil tewas, sementara tiga tentara AS lainnya terluka. Pelaku penyerangan kemudian ditembak mati.
Menurut militer AS, pelaku diduga merupakan anggota pasukan keamanan Suriah yang bersimpati pada ISIS. Meski begitu, pemerintah Suriah saat ini justru bekerja sama dengan koalisi pimpinan AS untuk memerangi ISIS.
Sekitar 1.000 tentara Amerika masih ditempatkan di Suriah. Dalam beberapa bulan terakhir, koalisi yang dipimpin AS secara rutin melakukan serangan udara dan operasi darat untuk menekan sisa-sisa kekuatan ISIS di wilayah tersebut.
Pemerintahan Suriah kini dipimpin oleh mantan kelompok pemberontak yang menggulingkan Bashar al-Assad tahun lalu, setelah konflik sipil selama 13 tahun. Pemerintah baru Suriah juga telah menjalin kesepakatan kerja sama dengan AS dalam upaya melawan ISIS.
BERITA TERKAIT: