Penilaian itu disampaikan Kementerian Pertahanan (Kemhan) Rusia kepada kantor berita militer Rusia, Interfax-AVN, sekaligus menyatakan bahwa pakar nuklir Kemhan Rusia sedang mengukur lebih pasti lagi terkait daya ledak percobaan nuklir yang sempat menyebabkan gempa berkekuatan 4,5 pada skala Richter itu.
Sebagai perbandingan, ledakan bom atom pertama di dunia pada 1945 yang dijatuhkan tentara Sekutu di kota Hiroshima, Jepang, tercatat memiliki daya ledak sekitar 20 kiloton. Sebelumnya, pihak Korea Selatan (Korsel) mengatakan, ledakan nuklir Korut berdaya enam hingga tujuh kilo ton.
Sedangkan Kantor Berita Rusia, RIA Novosti, yang mengutip seorang sumber di badan kendali senjata nuklir mengatakan, ledakan tersebut diperkirakan berkekuatan sekitar lima kilo ton. Namun tidak ada penjelasan lebih rinci terkait perbedaan skala pengukuran tersebut.
Korut melalui Kantor Berita KCNA sebelumnya telah mengkonfirmasi bahwa pihaknya berhasil menggelar percobaan nuklir yang bertujuan menjawab sikap “permusuhan†yang dilancarkan Amerika Serikat (AS).
Konfirmasi resmi KCNA muncul hampir tiga jam setelah pantauan seismik yang mendeteksi adanya aktivitas getaran tidak biasa pada pukul 02.57 GMT (09.57 WIB) di wilayah instalasi nuklir Punggye-ri yang dekat dengan perbatasan China.
Berbeda dengan dua percobaan nuklir yang digelar sebelumnya, yaitu pada 2006 dan 2009, dalam uji coba kali ini Korut mengklaim berhasil menggunakan sebuah perangkat bom nuklir baru berukuran miniatur yang bisa ditempatkan di peluru kendali jarak jauh.
Aksi Pyongyang membuat Dewan Keamanan PBB menjadwalkan sidang dadakan Selasa pukul 09.00 waktu setempat (21.00 WIB).
Menurut Richard Bush, Direktur Pusat Studi Kebijakan Asia Timur Laut di Brookings Institution, Washington DC, tes nuklir Korut ini dapat menjadi tes kesabaran China. Seberapa kuat China tetap membela sekutunya lamanya itu.
Sebelumnya, Beijing menunjukkan rasa tak senang atas sikap Kout yang gemar memprovokasi kawasan dengan uji coba senjata. Pada Desember lalu, usai Korut meluncurkan roket yang membawa satelit, China setuju jika PBB memperkuat sanksi bagi Korut.
Ini dilema bagi China yang tidak ingin meninggalkan tetangganya yang komunis itu, apalagi pasca me-review hubungan setelah setahun ini Korut dipimpin Kim Jong-un. Pertanyaannya adalah berapa lama China, di bawah kepemimpinan Presiden Xi Jinping akan terus mendukung kebijakan Korut.
“Mungkin, Kim Jong-un berpikir Xi Jinping akan menuruti keinginannya, dengan memberinya kejutan,†kata Bush.
Uji coba nuklir ini adalah yang pertama sejak Kim Jong-un berkuasa pada Desember 2011 setelah ayahnya Kim Jong-il meninggal. [Harian Rakyat Merdeka]
BERITA TERKAIT: