Namun, angka ini turun 29,65 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Pendapatan perusahaan juga ikut turun sekitar 10,53 persen YoY menjadi 842,16 juta Dolar AS atau sekitar Rp14,03 triliun.
Wakil Direktur Utama Garuda Indonesia, Thomas Sugiarto Oentoro, menjelaskan bahwa penurunan kinerja terutama disebabkan oleh program pemeliharaan pesawat (maintenance) yang saat ini sedang berjalan.
“Pendapatan turun 10,5 persen secara tahunan terutama karena program maintenance yang sedang dilakukan,” ujar Thomas dalam RDP dengan Komisi VI DPR RI di Senayan, Senin 1 Desember 2025.
Program pemeliharaan tersebut sementara waktu mengurangi jumlah pesawat yang bisa beroperasi, sehingga kapasitas angkut Garuda menurun. Akibatnya, jumlah penumpang dan volume kargo ikut berkurang, dan ini memengaruhi pendapatan di beberapa lini.
Thomas mengungkapkan, pendapatan penumpang turun 11,4 persen secara YoY menjadi 618,91 juta Dolar AS. Demikian pula pendapatan kargo yang mencatatkan penurunan 3,8 persen menjadi 41,88 juta Dolar AS, dan unscheduled revenue tergerus 17,20 persen menjadi 93,71 juta Dolar AS.
Di sisi lain, pendapatan lainnya relatif stabil dengan kenaikan sebesar 1,48 persen menjadi 87,65 juta Dolar AS. Pendapatan charter tumbuh secara signifikan sebesar 96,3 persen.
Sementara itu, pendapatan lainnya relatif stabil dan bahkan naik 1,48 persen menjadi 87,65 juta Dolar AS, dan pendapatan dari jasa charter justru melesat 96,3 persen.
Thomas menekankan bahwa penurunan laba dan pendapatan merupakan konsekuensi dari fase pertama maintenance program, yang saat ini menjadi prioritas untuk menjaga stabilitas operasional jangka panjang.
“Berkurangnya pesawat yang serviceable berdampak langsung terhadap pendapatan dan laba,” jelasnya.
Meski tekanan masih terasa, Garuda mencatat tren pemulihan pendapatan dari kuartal ke kuartal sepanjang 2025. Pada Kuartal I pendapatan tercatat sebesar Rp 723 juta, Kuartal II naik menjadi Rp 824 juta, dan Kuartal III meningkat lagi ke Rp 842 juta.
Direktur Teknik Garuda Indonesia, Mukhtaris melaporkan bahwa hingga November 2025 Garuda Indonesia mengoperasikan 58 pesawat (19 pesawat berbadan lebar dan 39 pesawat berlorong tunggal). Sedangkan Citilink mengoperasikan 32 pesawat berlorong tunggal
Total armada Garuda Indonesia Group kini mencapai 90 pesawat.
“Pada Juli lalu Citilink hanya mengoperasikan 21 pesawat, sekarang sudah 32. Ini berkat kerja kolektif tim teknik, operasional, dan seluruh unit pendukung untuk menjaga standar keselamatan setinggi mungkin,” ujar Mukhtaris.
BERITA TERKAIT: