Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengatakan bahwa perekonomian dunia masih dalam tren melambat hingga tahun 2025.
Ia mengatakan perlambatan ekonomi terjadi di sebagian besar negara akibat kebijakan tarif resiprokal Amerika Serikat (AS) serta permintaan domestik yang lemah.
Dengan perkembangan tersebut, BI memperkirakan pertumbuhan ekonomi global pada 2025 hanya sekitar tiga persen, lebih rendah dari proyeksi sebelumnya.
“Dengan masih tingginya ketidakpastian, aliran modal global ke komoditas emas semakin meningkat,” kata Perry dalam konferensi pers virtual pada Rabu 17 September 2025.
Sementara itu, modal yang seharusnya mengalir ke pasar saham dan obligasi negara berkembang sebagian tertahan di instrumen logam mulia.
"Aliran Modal ke emerging market sedikit tertahan," kata Perry.
Perry menambahkan, ekspektasi penurunan Fed Fund Rate di AS juga semakin kuat, menyusul tren inflasi yang menurun dan angka pengangguran yang meningkat. Dampaknya, imbal hasil (yield) US Treasury melemah dan indeks dolar AS (DXY) ikut tertekan.
Kondisi ini diyakini akan terus berlanjut selama volatilitas pasar keuangan global masih tinggi.
“Ke depan, volatilitas pasar keuangan global Masih terus berlanjut sehingga perlu diantisipasi dengan penguatan berbagai respon dan koordinasi kebijakan untuk menjaga ketahanan ekonomi dalam negeri,” kata Perry.
Adapun lonjakan permintaan emas di pasar global langsung berdampak pada kenaikan harga emas dunia maupun emas Antam di dalam negeri.
Harga emas dunia kembali menunjukkan penguatan signifikan setelah sempat menembus level 3.700 dolar AS per troy ounce. Sementara itu harga emas Antam ikut melonjak ke Rp2.115.000 per gram pagi ini. Angka ini mencapai rekor tertinggi baru sepanjang masa (all time high).
BERITA TERKAIT: