Penurunan ini sejalan dengan melemahnya sentimen pasar kripto global, di mana kapitalisasi pasar hanya bergeser tipis -0,01 persen. Salah satu pemicu utama pelemahan ini adalah faktor teknikal.
Bitcoin menembus level support Fibonacci 23,6 persen di sekitar 120.401 Dolar AS, yang memicu aksi jual otomatis di pasar. Indikator teknikal seperti MACD (-0,67) dan RSI (44,49) juga menegaskan bahwa momentum Bitcoin sedang melemah.
Selama harga masih berada di bawah SMA 30-hari pada kisaran 114.304 Dolar AS, tekanan jual kemungkinan akan terus berlanjut. Namun, jika aset utama kripto tersebut berhasil menembus kembali level 115.864 Dolar AS, potensi rebound akan terbuka.
Selain faktor teknikal, aktivitas “paus” Bitcoin juga menjadi perhatian.
Pada 29 Juli 2025, sebuah dompet besar yang sebelumnya tidak aktif memindahkan sekitar 330 BTC senilai 39,1 juta Dolar AS. Meskipun aset tersebut belum dijual, transfer dalam jumlah besar ke bursa sering kali menjadi tanda adanya potensi aksi ambil untung.
Jika pemegang jangka panjang mulai mencairkan asetnya setelah kenaikan tahunan sebesar 95 persen, tekanan jual bisa semakin besar. Data on-chain seperti SOPR (Spent Output Profit Ratio) perlu diawasi untuk melihat apakah tren ini akan berlanjut.
Di sisi lain, ketidakpastian regulasi juga membayangi pasar.
Misalnya, Pemerintah Korea Selatan yang tengah membahas aturan baru terkait penerbitan stablecoin, sementara SEC di Amerika Serikat sedang menyiapkan pedoman penyimpanan aset kripto yang lebih jelas.
Dalam jangka panjang, regulasi yang pasti bisa membawa dampak positif bagi pasar. Namun, selama prosesnya masih berlangsung, para investor cenderung lebih berhati-hati dan mengurangi eksposur mereka terhadap aset berisiko.
BERITA TERKAIT: