Penurunan ini terjadi setelah Amerika Serikat merilis data inflasi produsen (Producer Price Index/PPI) yang lebih tinggi dari perkiraan. Angka inflasi yang “panas” membuat pasar khawatir Bank Sentral AS (The Fed) akan menunda rencana penurunan suku bunga.
Kekhawatiran itu membuat investor menjauhi aset berisiko seperti kripto. Akibatnya, harga Bitcoin langsung tertekan dari posisi puncaknya minggu lalu. Kondisi ini menunjukkan betapa sensitifnya pasar kripto terhadap kebijakan moneter dan data ekonomi makro.
Meski begitu, peluang di pasar kripto belum sepenuhnya hilang. Ethereum (ETH) masih mencatat daya tarik kuat dan pada Senin siang diperdagangkan di kisaran 4.328 Dolar AS.
Sementara itu, Solana (SOL) terus menunjukkan potensi sebagai pesaing utama Ethereum dalam hal kecepatan dan skalabilitas, dengan harga sekitar 183,04 Dolar AS.
Secara teknikal, jika Bitcoin gagal menembus level resistensi 118.000 Dolar AS, tekanan jual bisa berlanjut. Saat ini support terdekat ada di 115.800 Dolar AS, lalu support penting di 115.000 Dolar AS.
Jika tembus ke bawah, Bitcoin bisa meluncur ke 112.500 Dolar AS, bahkan berisiko turun lebih jauh ke 110.000 Dolar AS.
BERITA TERKAIT: