"Data survei pada Juli kembali menunjukkan indikator negatif pada kesehatan perekonomian sektor manufaktur Indonesia, penurunan output dan permintaan baru berlanjut pada awal triwulan ketiga namun mereda sejak Juni," kata Ekonom S&P Global Market Intelligence, Usamah Bhatti dalam keterangannya, Jumat 1 Agustus 2025.
PMI yang berada di bawah 50 mencerminkan kontraksi, sedangkan angka di atasnya mencerminkan ekspansi aktivitas manufaktur. Meskipun masih menunjukkan pelemahan, angka ini mulai membaik dibandingkan bulan sebelumnya yang berada di level 46,9.
Adapun survei dilakukan sebelum mayoritas responden mengetahui tentang kesepakatan dagang terbaru Indonesia dengan Amerika Serikat (AS) yang mengenakan tarif 19 persen.
Namun, dalam laporan tersebut, Bhatti menyoroti adanya penurunan signifikan dalam keyakinan pelaku usaha terhadap prospek satu tahun ke depan di tengah ketidakpastian global.
"Kepercayaan diri menghadapi tahun mendatang berkurang tajam pada Juli, dengan tingkat optimisme berada di tingkat terendah dalam survei," kata Bhatti.
Menurut dia, pelaku industri mencemaskan dampak dari tarif AS serta penurunan daya beli yang dikhawatirkan akan menekan volume permintaan sepanjang tahun.
BERITA TERKAIT: