AS-China Sepakati Kerangka Perdagangan, Akhiri Ketegangan Rare Earth

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/alifia-dwi-ramandhita-1'>ALIFIA DWI RAMANDHITA</a>
LAPORAN: ALIFIA DWI RAMANDHITA
  • Rabu, 11 Juni 2025, 15:04 WIB
AS-China Sepakati Kerangka Perdagangan, Akhiri Ketegangan Rare Earth
Menteri Perdagangan AS, Howard Lutnick/Bloomberg
rmol news logo Amerika Serikat (AS) dan China mencapai titik terang dalam mengakhiri ketegangan dagang yang membayangi hubungan kedua negara dalam beberapa tahun terakhir. 

Dalam pertemuan bilateral yang digelar di London, Inggris, delegasi kedua negara sepakat atas kerangka kerja baru dalam negosiasi perdagangan.

Pertemuan tersebut merupakan kelanjutan dari percakapan antara Presiden AS Donald Trump dan Presiden China Xi Jinping, dengan fokus utama untuk meredakan konflik dagang yang telah berlangsung lama, termasuk isu ekspor logam tanah jarang (rare earth).

Menteri Perdagangan AS, Howard Lutnick, mengungkapkan bahwa kesepakatan kerangka kerja ini menjadi tonggak penting menuju penyelesaian berbagai ketegangan, terutama yang berkaitan dengan komoditas strategis bernilai tinggi.

"Kerangka perdagangan dan rencana implementasi yang telah kami sepakati dengan China di London seharusnya menghasilkan penyelesaian atas pembatasan rare earth dan magnet," ujar Lutnick, dikutip dari Reuters, Rabu 11 Juni 2025.

Sementara itu, Wakil Menteri Perdagangan China, Li Chenggang, menegaskan bahwa kesepakatan ini juga mencerminkan kelanjutan dari konsensus sebelumnya yang dibentuk di Jenewa, Swiss.

"Kedua tim telah menyepakati pelaksanaan konsensus Jenewa dan akan membawa kerangka tersebut kepada para pemimpin masing-masing," katanya.

Langkah ini menandai babak baru dalam upaya meredakan perseteruan perdagangan antara dua kekuatan ekonomi terbesar dunia. 

Ketegangan sebelumnya sempat menimbulkan kekhawatiran global, terutama terkait dominasi China dalam rantai pasok logam tanah jarang, komponen vital untuk industri teknologi tinggi, kendaraan listrik, dan sektor pertahanan.

Sebagai informasi, China menguasai lebih dari 60 persen produksi rare earth dunia. Pembatasan ekspor yang diberlakukan Beijing sempat mengguncang pasar global dan memicu kekhawatiran terhadap stabilitas pasokan bahan baku strategis tersebut.

Selain rare earth, hubungan perdagangan AS-China juga sempat memanas akibat perang tarif yang berlangsung sejak beberapa tahun terakhir. Namun, Washington menahan pemberlakuan tarif untuk sejumlah negara selama 90 hari sebagai bagian dari strategi negosiasi yang lebih luas. rmol news logo article
EDITOR: RENI ERINA

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

FOLLOW US

ARTIKEL LAINNYA